Beranda CSR Tambang Era VOC

Tambang Era VOC

Tambang era VOC (Repro Majalah TAMBANG edisi 85/2012)

PADA tahun 1602, pemerintah kolonial Belanda membantuk Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Perserikatan Perusahaan  Hindia Timur Belanda.  VOC punya tugas penting, mencari pemasukan bagi APBN Kerajaan Belanda dengan berjualan hasil bumi provinsi di “seberang lautan”. Bukan hanya rempah-rempah, tapi juga hasil tambang.

 

Untuk mendukung itu, pada tahun 1850 dibentuk Dienst van het Mijnwezen (Departemen Dinas Pertambangan), berkedudukan di Batavia, agar lebih mengoptimalkan penyelidikan geologi dan pertambangan menjadi lebih terarah.

 

Ekspedisi pertama kali dilakukan di wilayah Kalimantan Selatan yaitu di wilayah  Pengaron, untuk mencari cadangan batu bara, oleh empat insinyur dari Belanda. Ekspedisi ini kemudian menyebar tidak hanya di wilayah Kalimantan Selatan, akan tetapi menyebar ke seluruh wilayah Kalimantan dan Sumatera.

 

Pada tahun 1863 Dienst van het Mijnwezen membagi kerjanya ke dalam enam bagian atau afdeling, yaitu Inspeksi Timah dan Cukai (Mijninspectie en Cijns), Pengembangan Air Tanah (Grondpeilwezen), Penelitian/Riset Pertambangan, Sketsa Penggambaran Geologi, Manajemen Koleksi.

 

Serta, Laboratorium dan Redaksi/Editor Buku Tahunan (Mijnbouwkundige Onderzoekingen, Geologische Opnemingen, Beheer der Verzamelingen, Laboratorium, Redactie van het Jaarboek), Hukum dan Organisasi Tata Laksana (Mijnverordeningen), Teknis dan Arsitek Wilayah Pertambangan (Technische zaken en Teekenkamer), Bagian Umum, Personil, Arsip dan Ekspedisi (Algemeene zaken, Personeel, Archiefen Expeditie).

 

Tapi, sebelum pembagian wilayah itu, perniagaan hasil tambang sudah dimulai. Contohnya, pada 1823, seorang kapten berkebangsaan Belgia bernama JP De La Motte, yang menjabat sebagai asisten residen dan juga pimpinan tentara Kerajaan Belanda, “menemukan” timah di Pulau Belitung. Sesuai Traktat London  tahun 1850, penambangannya diambil alih oleh Billiton Maatschapij.

 

Bahkan, pada 1669, VOC sudah mengirim tenaga ahli untuk menambang emas di Salida-kini dikenal sebagai Salido Kecil, di Painan, Sumatera Barat. Penambangan itu gagal karena buruknya administrasi, serta banyak pegawai yang lebih suka berfoya-foya ketimbang bekerja.

(sumber Majalah TAMBANG edisi 85, Juli Tahun 2012)