Beranda ENERGI Energi Terbarukan Tahun Depan Pemerintah Fokus ke Bioetanol dan Bioavtur

Tahun Depan Pemerintah Fokus ke Bioetanol dan Bioavtur

HIP Oktober

Jakarta-TAMBANG. Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) akan mengalihkan fokus pekerjaan mereka pada 2016 ke pengembangan bioetanol dan bioavtur. Dirjen EBTKE, Rida Mulyana mengatakan rencana itu sudah menjadi prioritas setelah pengembangan bioetanol dianggap kurang berhasil.

 

Dari hasil evaluasi yang ia lakukan, bioetanol dianggap kurang berhasil karena harga yang masih belum mencapai nilai keekonomian. Biaya produksi bioetanol jauh lebih tinggi dibandingkan harga jualnya. Selain itu, Pertamina sebagai off taker bahan bakar nabati (BBN), lebih memilih untuk mengimpor bioetanol karena dianggap lebih murah.

 

“Bahan bakunya (singkong) juga diimpor karena harganya lebih murah dibandingkan singkong dari petani lokal. Ini yang membuat bioetanol semakin tertekan. Saya belum bisa bicara banyak. Tapi tahun depan, itu akan jadi target kerja kami,” ujar Rida di kantor pusat Ditjen EBTKE, Jumat (27/11).

 

Selain bioetanol, pemerintah juga akan mengembangkan bioavtur untuk bahan bakar pesawat. Ujicoba bioavtur sudah terbukti berhasil dan hasilnya, kandungan energi yang ada di dalam bioavtur dengan avtur hampir sama. Bahan baku yang dipakai bioavtur adalah Crude Palm Oil (CPO) sama halnya dengan bahan baku biodiesel.

 

Menurut Rida, melihat keberhasilan program biodiesel (B-15) tahun ini, pemerintah optimis pengembangan bioavtur tidak akan mengalami hambatan yang sulit seperti bioetanol. Tahun ini  pemerintah berhasil menerapkan kebijakan mandatori BBN dengan mencampurkan BBN dari sawit dengan BBM jenis Solar sebanyak 15%. Karena keberhasilan itu, rencananya, pemerintah akan menaikkan kadar BBN pada tahun depan menjadi 20% (B-20).

 

Sebelumnya, Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero), Ahmad Bambang mengatakan seandainya pada tahun depan pemerintah menaikkan penerapan mandatori BBN menjadi 20% (B-20), proyeksi kebutuhan bahan baku BBN (Fame) yang bisa diserap Pertamina bertambah jadi 5,14 juta KL atau setara dengan 26 juta KL biosolar. Jika keputusan itu diberlakukan, Pertamina, kata Bambang, siap meningkatkan permintaan pasokan Fame.

 

“Untuk saat ini yang terpenting volumenya tercapai dulu. Sampai April nanti baru 15%, kalau pemerintah suruh naik ya kami akan naikkan,” ujar Bambang.