Jakarta – TAMBANG. PT Sumberdaya Sewatama mendapatkan penurunan peringkat “idA” untuk perusahaan dan obligasi I/2012 dan “isA(sy)” untuk sukuk ijarah I/2012. Peringkat ini berlaku hingga 1 september 2016 sejak dikeluarkan pada 14 juni 2016.
Perubahan outlook menjadi negatif dari stabil dikarenakan antisipasi melemahnya rasio struktur permodalan dan perlindungan arus kas perusahaan. “Realisasi marjin profitabilitas dan nilai pendapatan ternyata lebih rendah dari yang diperkirakan,” ujar Haryo Koconegoro, Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) selasa (21/6).
Dilihat dari laporan keuangan perseroan 2015 yang mengalami penurunan profit yang turun. Hal ini diakibatkan karena banyaknya kontrak sewa genset yang tidak diperpanjang oleh PT PLN. Sebesar 80% pendapatan perseroan memang bergantung kepada PLN. Selain itu juga perseroan mengalami kerugian kurs yang tidak bisa langsung dibebankan kepada penyewa.
Posisi SSMM ini kuat karena pasar dan arus pendapatan yang cukup stabil, setiap tahun selalu ada penyewaan genset yang kontraknya dipengaruhi. Sinergi perusahaan dengan grup serta marjin keuntungan operasional yang kuat, yaitu pembelian genset dengan Caterpillar yang merupakan merek yang dijual oleh sang induk perseroan yaitu Trakindo.
Sedangkan ketergantungan yang tinggi pada satu pembeli, ketidakpastian potensi pertumbuhan bisnis temporary power dan struktur permodalam yang semakin agresif untuk mendukung ekspansi sebagai produsen listrik swasta (IPP/independent power producer) membuat batasan peringkat.
“Kalau proyek listrik pemerintah 10GW dan 35GW berhasil, maka bisnis sewa genset akan berkurang,” ujarnya lagi.
Haryo mengatakan, target pendapatan dan upaya meningkatkan meningkatkan marjin keuntungan tidak tercapai, yang melemahkan rasio perlindungan arus kas dan struktur permodalan akan menurunkan peringkat.
Peringkat itu juga bisa berada dibawah tekanan jika tambahan utang melebihi dari yang diproyeksikan, atau jika ada pemburukan lebih lanjut dari bisnis temporary power yang akan memperburuk profil keuangan dengan rasio utang kepada EBITDA menjadi konsisten di atas 3,5x, dan rasio FFO terhadap utang konsisten dibawah 15% di beberapa triwulan ke depan.
Sedangkan outlook akan direvisi menjadi stabil jika perusahaan jika perusahaan dapat memperbaiki rasio perlindungan arus kas dan struktur permodalan. “Yang didukung oleh upaya efisiensi biaya dan peningkatan kinerja dari segmen-segmen bisnis utama perusahaan,” papar Haryo.