Jakarta, TAMBANG, PT Pertamina (Persero), badan usaha milik negara di sektor energi terintegrasi, bersinergi dengan para pemangku kepentingan, termasuk Pemerintah dan Perguruan Tinggi, untuk memperkuat peran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Hal ini merupakan perwujudan dari komitmen tinggi Pertamina dalam mengimplementasikan program tanggung jawab sosial dan lingkungan dengan mengacu pada standar ISO 26000.
Pertamina juga memberikan bantuan permodalan bagi UMKM yang masuk dalam Sustainable Develpment Goals (SDG’S) nomor delapan. Sejak 1993, Pertamina menjalankan program kemitraan, sebuah program untuk membantu pelaku usaha dan mitra binaan dalam menjalankan kegiatan usaha produktif.
“Program Kemitraan yang dijalankan Pertamina, tidak hanya sekadar menyalurkan pinjaman modal usaha, tetapi juga melakukan pendampingan, evaluasi dan berbagai pelatihan. Muaranya adalah agar pelaku usaha bisa mandiri, bertumbuh dan usaha yang dijalankan berkelanjutan,” ujar VP CSR SMEPP Management Pertamina, Arya Dwi Paramita, saat menjadi nara sumber pada webinar bertajuk “UMKM Bangkit Dorong Penggunaan LPG Nonsubsidi” yang diselenggarakan di Jakarta, Rabu (16/12).
Nara sumber lain dalam webinar adalah Asisten Deputi Penyuluhan Kementerian Koperasi dan UKM Bagus Rachman Dosen Administrasi Bisnis FISIP Undiversitas Padjadjaran Healthy Nirmalasari, dan Yeni Arzah, UMKM Mitra Binaan Pertamina Program Pinky Movement dari Kabupaten Passer, Kalimantan Timur.
Program Kemitraan Pertamina dilaksanakan sejak 1993 dan tercatat telah menyalurkan pinjaman modal usaha kepada 64 ribu pelaku usaha yang menjadi mitra binaan Pertamina. Total akumulasi dana yang disalurkan sejak 1993 mencapai sebesar Rp 3,5 triliun.
“Ini merupakan program pada tingkat tertinggi dari siklus pemberdayaan masyarakat. Kami melakukan pembinaan dan mempertemukan mitra binaan dengan ekosistemnya sehingga ketika mereka sudah benar-benar lepas, mereka sudah bisa mandiri dan diharapkan terus bertumbuh dan berkelanjutan,” demikian jelas Arya.
Program Kemitraan Pertamina sampai akhir November 2020 telah menyalurkan sebesar Rp 241 miliar kepada 2.199 pelaku usaha kecil. Lebih lanjut, Arya mengatakan, tahun ini Pertamina merilis program Pinky Movement, yaitu program yang diarahkan khusus untuk pelaku usaha yang menjalan usaha perdagangan LPG dan juga pelaku usaha di bidang kuliner dan usaha kecil lainnya yang menggunakan LPG sebagai sumber energi.
Sebagai perusahaan milik negara, Pertamina memiliki tanggungjawab ikut membantu perekonomian masyarakat melalui penguatan di sektor UMKM maupun koperasi sebagaimana amanat yang tertuang dalam UU BUMN No.19 tahun 2003.
Tanggungjawab yang dijalakan Pertamina dalam Program Kemitraan benar-benar dilakukan melalui beberapa tahapan, dimulai dari pemetaan potensi, untuk menentukan jenis usaha yang sesuai dengan kebutuhan setempat, pengembangan potensi kemudian memberikan fondamen ekonomi berupa permodalan. “Kami juga melakukan pendampingan kepada mereka,” katanya.
Sementara Bagus Rachman menilai program permodalan UMKM yang dilakukan Pertamina sudah sejalan dengan misi pemerintah khususnya kementrian koperasi dan UKM yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024. Di sana disebutkan targetnya adalah menumbuhkan kewirausahaan nasional, industri kecil dengan bersinergi dengan Kementrian lain ataupun badan usaha baik nasional maupun swasta.
Kementerian Koperasi dan UKM, sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp.123, 46 triliun untuk UMKM. Dana tersebut tidak termasuk 12 juta UMKM yang mendapatkan bantuan langusng pemerintah agar bisa bertahan karena pandemi covid-19.
“Bantuan untuk UMKM agar terus survive di tengah pandemi ini, agar bisa bertahan dalam empat bulan. Sejak September sampai Desember 2020,” jelas Bagus.
Ia berharap sinergi Kementerian Koperai dan UMKM dengan Pertamina terkait pemberdayaan koperasi dan UMKM di bidang energi, pemerataan energi nasional, distribusi gas dan juga minyak. “Kita ingin agar koperasi dan UMKM, bisa naik level, ke jenjang lebih tinggi, sehingga ikut mendukung terhadap perekonomian masyarakat,” ujarnya.
Sementara Healthy Nirmalasari menyebutkan ada beragam dukungan dan stimulus dari kementerian, BUMN dan swasta untuk keberlanjutan usaha UMKM, tidak hanya menggeontorkan dana. Tantangannya adalah bagaimana UMKM bisa mandiri, terkait program pengembangan teknis dan kepemimpinan dari wirausahawan. Bukan hanya dana terserap, produksi meningkat, tapi UMKM tersebut bertumbuh sehingga kebermanfaatannya terasa. “Salah satunya adalah banyak tenaga kerja yang terserap,” ungkap Healthy.
Menurut dia, ada tiga hal penting yang harus menjdi perhatian dalam pemberdayaan UMKM. Pertama, memastikan perbaikan berkelanjutan menjadi semangat berwirausaha para UMKM. Kedua, memperluas kolaborasi kepada pihak yang dapat membantu research and development.
Hal ketiga, mengedekuasi pasar untuk membersamai UMKM dengan mengonsumsi sebagai perwujudan Cinta Tanah Air. Tanpa memperhatikan tiga kondisi tersebut, sulit bagi UMKM berkembang apalagi diharapkan bertumbuh dan mandiri.
“Saya mengapresiasi Program Kemitraan Pertamina yang sudah memenuhi kriteria baik karena penerima manfaat, tidak hanya sekadar mendapatkan bantuan dana, tetapi juga ada pendampiangan, pelatihan sehingga ketika mereka di lepas, mereka sudah benar-benar mandiri,”lanjutnya.
tanggapan positif juga datang dari Yeni Arzah, warga Kelurahan Kerang, Batu Engau, Kabupaten Passer. Ia memiliki usaha pembuatan amplang dan mendapatkan bantuan permodalan usaha dari Pertamina sebesar Rp 130 juta. Yeni juga melakukan inovasi dan pengembangan usaha ‘Buah Merundut’ dengan membuat keripik pisang, singkong, talas dan kerupuk udang serta kerupuk ikan.
“Memang awalnya banyak kendala, tapi alhamdulillah, dengan bantuan dari Pertamina, masalah permodalan sudah dapat teratasi. Begitu juga dengan pelatihan manajemen yang dilakukan Pertamina, sangat membantu saya, dalam mengelola keuangan usaha,” ungkap Yeni.