JAKARTA, TAMBANG. STAF Khusus Menteri Energi Sumber Daya Mineral, Widhyawan Prawiraatmadja menilai, pertemuan produsen minyak yang tergabung di OPEC, dan produsen minyak di luar OPEC, membawa hasil positif. Pertemuan yang berlangsung di Doha, ibukota Qatar itu tak sepenuhnya gagal.
‘’Orang yang menilai pertemuan itu gagal berarti hanya melihat dari ada atau tidak kesepakatan membekukan tingkat produksi. Pertemuan itu tidak terlalu gagal kalau dilihat, dalam pertemuan itu ada komunikasi yang sangat baik antara penghasil minyak utama OPEC dan non-OPEC,’’ kata Widhyawan, yang juga Gubernur OPEC untuk Indonesia.
Di Kementerian ESDM, Widhyawan adalah Ketua Tim Percepatan Kinerja Kementerian ESDM. Saat ini ia juga menjabat komisaris Pertamina. Widhyawan juga hadir dalam pertemuan di Doha itu, bersama Menteri ESDM Sudirman Said, Duta Besar Indonesia untuk Qatar, Muhammad Basri Sidehabi. Beberapa pejabat dari Kementerian ESDM juga hadir.
Widhyawan melukiskan pertemuan di Doha itu berjalan alot. Namun ia tak sepakat terhadap pendapat yang menyatakan bahwa biang kegagalan ini adalah perseteruan antara Saudi Arabia dan Iran. ‘’Yang terjadi hanyalah Saudi Arabia mau membekukan tingkat produksi, kalau seluruh anggota OPEC ikut berpartisipasi. Kebetulan Iran tidak mau ikut. Itu saja,’’ kata alumni Teknik Tambang ITB ini.
Kata Widhyawan, direncanakan ada pertemuan berikutnya. Namun waktunya belum ditentukan.
Ia menilai, pertemuan di Doha, yang gagal mencapai kesepakatan soal tingkat produksi, akan membuat harga tertekan. Di sisi lain, saat ini terjadi pengurangan pasokan akibat sumur-sumur yang berbiaya mahal, berhenti berproduksi. ‘’Sehingga harga akan cukup bertahan,’’ katanya.
Ditanya mengenai sikap Indonesia, Widhyawan mengatakan, Indonesia menginginkan harga yang stabil namun di kisaran yang memberikan cukup insentif bagi industri migas dalam negeri untuk tetap melakukan investasi jangka panjang.