Jakarta, TAMBANG – Sebanyak seratus orang dilaporkan tewas dalam bentrokan antara penambang emas ilegal di Republik Chad, Afrika Tengah. Menurut Menteri Pertahanan Chad, Jenderal Daoud Yaya Brahim, bentrokan itu mulai pecah sejak Senin (23/5) lalu.
“Bentrokan bermula dari perselisihan dangkal antara dua penambang emas,” ungkap Jenderal Daoud, dikutip Selasa (31/5).
Tambang emas tersebut berada di Blok Klandestin, sebuah wilayah gurun yang luas di pegunungan Tibesti dengan banyak tambang. Kawasan itu diketahui kerap ditambang secara sembunyi-sembunyi oleh penambang emas ilegal dari berbagai daerah dan negara-negara tetangga, seperti Libya, Niger, dan Sudan.
“Tragedi bentrokan bukan pertama kalinya terjadi antara penambang emas di wilayah tersebut, sebagian besar adalah ilegal,” kata Jenderal Daoud.
“Kami telah memutuskan untuk menangguhkan semua penambangan sampai pemberitahuan lebih lanjut,” sambungnya.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Komunikasi Chad, Abderaman Koulamallah mengatakan, bentrokan terjadi di lokasi yang berjarak lebih dari 1.000 kilometer timur laut dari ibu kota N’Djamena. Menurutnya, area itu merupakan zona konflik.
Pada Januari 2019 lalu, bentrokan terjadi antara orang-orang Arab Libya dan penduduk Chad Timur, yang menewaskan puluhan orang Kouri.
“Ini adalah zona hampir tanpa hukum, semua orang pergi ke sana karena ada emas, jadi ada konflik,” jelasnya.