TAMBANG, KHOBAR –SAUDI ARABIA. PERUSAHAAN raksasa perminyakan dari Saudi Arabia, Saudi Aramco, tengah berupaya menambah pangsa pasar, dan mendorong peningkatan efisiensi. Hal itu dikatakan Direktur Utama Saudi Aramco Amin Nasser, dalam wawancaranya dengan kantor berita Reuters. Penambahan pangsa pasar dan peningkatan efisiensi merupakan jembatan Saudi Aramco menuju masa depan.
Amin Nasser juga mengatakan bahwa BUMN Aramco tengah mempersiapkan diri untuk swastanisasi sebagian, melalui bursa. Hal itu semua termaktub dalam Visi 2030, sebuah program ekonomi jangka panjang yang dipimpin langsung oleh putera mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Saudi Arabia merupakan kekuatan penting di balik keputusan OPEC pada November 2014 untuk memangkas produksi demi kenaikan harga. Sebaliknya produksi anggota OPEC malah bertambah, melawan produsen minyak pesaingnya, seperti produsen minyak shale dari Amerika Serikat.
Negara lain yang dianggap pesaing adalah Iran, yang secara politik berseberangan dengan Saudi Arabi. Karena Iran tak mau membekukan produksi pada tingkat produksi Januari 2016, maka negara produsen, yang dimotori Saudi Arabia, memilih tak membuat kesepakatan.
‘’Kami ingin menjaga pangsa pasar kami, yang tahun demi tahun terus bertambah,’’ katanya. ‘’Tahun ini, dibanding tahun lalu, pangsa pasar kami bertambah,’’ katanya.
Saudi Aramco adalah mitra penting bagi Indonesia. Saudi Aramco dan Pertamina telah membuat kesepakatan untuk meningkatkan volume kilang minyak di Cilacap. Bahkan Saudi Aramco berencana membuat industri perminyakan terpadu, mulai dari kilang minyak, pabrik petrokimia, pelabuhannya, hingga ke industri eceran.
Ekspor minyak mentah Aramco sekitar 7,1 juta barel per hari, naik dari 6,8 juta barel pada 2014. Asia merupakan pasar utama ekspornya, dengan mencapai 65% dari total ekspor.
Pada 2 Juni ini, akan berlangsung pertemuan OPEC. Ini merupakan pertemuan pertama bagi Khalid al-Falih, yang baru saja diangkat menjadi menteri energi. Ini merupakan pertemuan pertama bagi OPEC, di saat Iran telah berproduksi mendekatan tingkat sebelum kena sanksi.
Strategi Saudi Arabia dewasa ini dinilai menunjukkan hasil. Harga minyak perlahan-lahan membaik, kemarin menembus $50 per barel, setelah mencapai $27 pada Januari lalu.
Nasser berharap, harga minyak akan terus membaik hingga akhir tahun, seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, dan berkurangnya produksi di produsen berbiaya tinggi.