TAMBANG, JAKARTA. MOHAMMAD Sofyan –ada juga yang menulisnya Mohammad Safyan, 28 tahun, berhasil melarikan diri dari sekapan para penyanderanya, Rabu kemarin. Juru bicara militer Komandan Mindanao Barat, Mayor Filemon Tan mengatakan, Safyan merupakan 1 dari 7 sandera korban penculikan kelompok Abu Sayyaf di Laut Sulu, pada 23 Juni 2016. Enam temannya kini masih disandera.
Filemon Tan mengatakan, Safyan diselamatkan oleh penduduk ketika ia kedapatan tengah berenang di areal penangkapan ikan di lepas pantai Kota Luuk, Sulu, Rabu pagi. Safyan memilih melarikan diri dengan berenang setelah penculiknya memberitahu bahwa dia akan dipenggal kepalanya, karena tebusan yang diminta tak kunjung dibayar.
Safyan bersembunyi di antara pohon bakau di rawa-rawa selama semalam. Setelah suasana memungkinkan, ia kemudian berenang.
Para penyandera meminta tebusan 250 juta peso, atau sekitar Rp 60 miliar. Pemerintah sudah memutuskan tak akan menuruti permintaan tebusan itu.
Upaya perundingan, dengan melibatkan tokoh Front Pembebasan Islam Moro, Nur Misuari, sudah dilakukan. Nur Misuari, yang kemudian menjadi gubernur di Mindanao Selatan, dikenal memiliki akses luas dengan kelompok Abu Sayyaf.
Namun, kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, ‘’Situasi sekarang lebih rumit.’’ Maksudnya, di tengah upaya pembebasan lewat jalur perundingan, tentara Filipina gencar menggempur sarang kelompok militan Abu Sayyaf.
Saat ini, gempuran terhadap tentara militan Abu Sayyaf terus berlangsung. TNI juga sudah menyiapkan kelompok pasukan yang sewaktu-waktu siap dikirim ke Filipina, untuk membantu tentara Filipina. Namun, tentara Indonesia baru bisa bergerak bila surah diizinkan tentara Filipina.
Kata Filemon Tan, dalam penggerebekan terakhir terhadap dua kamp Abu Sayyaf di Provinsi Basilan, tentara mendapatkan bunker persembunyian yang dilengkapi persenjataan, lobang persembunyian, serta peralatan untuk membuat senjata.
Penggempuran ini merupakan perintah Presiden Rodrigo Duterte. Komando Pasukan Khusus lalu dikerahkan untuk bergerak ke Sulu dan Basilan.
Gangguan keamanan membuat ekspor batu bara Indonesia ke Filipina terganggu. Pemerintah melarang ekspor ke Filipina, sampai situasi keamanan membaik. Indonesia selama ini memasok 70% kebutuhan batu bara Filipina.
Foto: personal kelompok Abu Sayyaf
Sumber: kabarmakkah.com