JAKARTA, TAMBANG. PERUSAHAAN besar penghasil produk berteknologi tinggi, di antaranya Apple, Samsung, dan Sony, dikecam karena menggunakan hasil tambang yang digali dan diolah menggunakan tenaga anak-anak. Dalam laporannya yang disebarkan kemarin Amnesty International mengritik pemakaian anak-anak di tambang cobalt, di Republik Demokratik Kongo.
Anak-anak itu diperlakukan dengan tidak semestinya. Di saat mereka seharusnya masih belajar, mereka harus mencari uang di tempat yang tidak aman, tanpa perlindungan dari debu tambang, dan tak dilengkapi dengan alat keselamatan. Beberapa dari mereka menderita radang paru-paru.
Pemakaian buruh anak itu bisa terjadi karena ada main mata antara pengusaha dengan pejabat pertambangan yang korup. Amnesty International menuduh, perusahaan pemakai produk tambang cobalt ini tidak melakukan penelitian dengan seksama, sehingga mereka tetap saja menggunakan hasil tambang yang tak diproses dengan cara semestinya.
Cobalt dipakai sebagai bahan baku pembuatan baterai lithium-ion, yang memberi tenaga pada telepon cerdas, tablet, serta mobil listrik.
‘’Lebih dari separuh pasokan cobalt dunia berasal dari Republik Demokratik Kongo. Menurut perkiraan Pemerintah Kongo, dari total cobalt yang diekspor, 20% di antaranya berasal dari bagian selatan,’’ tulis Amnesty. Daerah selatan itu dikenal sebagai wilayah konflik. Di situlah anak-anak, sebagian di antaranya berumur tujuh tahun, menggali batuan yang mengandung cobalt, mencucinya, dan memecah-mecahnya menjadi bagian kecil, sebelum diserahkan kepada juragan tambang untuk diekspor. Sebagian dari mereka juga ikut mengangkat senjata.
Amnesty melacak jalur perdagangan cobalt itu ke luar negeri. Lembaga ini menemukan bukti bahwa cobalt dari Kongo ini digunakan oleh sejumlah perusahaan penghasil produk teknologi tinggi, seperti Huawei, Dell, Apple, HP Inc, Lenovo, LG, Microsoft, Samsung, Sony, Vodafone, Daimler, dan Volkswagen.
Amnesty menggunakan metode investigasi yang diterapkan perkumpulan negara maju OECD. ‘’Perusahaan yang membeli cobalt, atau komponen mengandung mineral, seharusnya melakukan audit lebih dahulu terhadap rantai pasokannya,’’ tulis Amnesty. ‘’Kesalahan seperti ini tak bisa dimaafkan,’’ lanjutnya.
Republik Demokratik Kongo merupakan pemasok cobalt terbesar di dunia. Buruknya kondisi buruh anak sudah beberapa kali dilaporkan oleh Amnesty.
Kepada Amnesty, perusahaan yang dituduh menggunakan cobalt hasil buruh anak memberi reaksi beragam. Apple mengatakan, pihaknya saat ini tengah mengevaluasi manajemen rantai pasokannya. ‘’Pemakaian buruh di bawah umur tak pernah ditoleransi oleh perusahaan kami. Kami bahkan meluncurkan aturan keselamatan yang baru, yang merupakan rintisan di dunia industri,’’ tutur pejabat Apple.
Samsung memberi penjelasan berbeda. Perusahaannya akan memastikan lebih dahulu apakah benar cobalt yang dipakainya berasal dari tambang Katanga, Kongo. Karena, aturan perusahaan melarang pemakaian bahan yang dipasok dari daerah konflik.