Jakarta,TAMBANG,- Ditopang harga batu bara yang masih dalam tren menguat, PT Bayan Resources,Tbk berhasil menorehkan kinerja positif sepanjang kuartal III tahun ini. Emiten berkode saham BYAN ini mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar USD 3,34 miliar atau setara Rp 51,59 triliun disepanjang tiga kuartal tahun ini. Dibanding periode yang sama tahun lalu ada kenaikan 91,42 persen menjadi dimana pada kuartal III tahun 2021, pendapatan perseroan tercatat sebesar USD 1,74 miliar atau Rp 27,02 triliun.
Jenny Quantero, Corporate Secretary BYAN mengaku masih optimis sampai akhir tahun akan membukukan pendapatan pada kisaran USD 3,2 miliar sampai 3,4 miliar. Ini setara dengan Rp 49,43 miliar sampai Rp 52,52 triliun. Sementara dari sisi operasional, perseroan menargetkan volume produksi dan penjualan batu bara antara 37 juta metrik ton sampai 39 juta metrik ton.
“Rata-rata biaya tunai di kisaran USD 33 juta-36 juta per MT. Rasio pengupasan tanah yaitu 4,1 : 1-4,3 : 1,” terang Jenny dalam paparan publik yang dilaksanakan secara virtual, Senin (5/12).
Sementara untuk alokasi belanja modal (capital expenditure) atau capex, Jenny menjelaskan perusahaan telah mengalokasikan USD 220 juta sampai USD 250 juta, atau Rp 3,39 triliun sampai Rp 3,86 triliun. Sampai saat ini baru terealisasi sebesar USD 166,2 juta atau Rp 2,56 triliun. “Hal ini disebabkan keterlambatan terutama infrastruktur tambang. Budget alokasi belanja modal USD 218,1 juta,” lanjut Jenny.
Di kesempatan yang sama Direktur BYAN, Russel Neil, menjelaskan bahwa Perseroan masih menyiapkan dana untuk target produksi batu bara tahun 2023. Dia memastikan target produksi batu bara di atas 45 juta metrik ton. “Kami belum ada rencana aksi korporasi lagi, kita sudah melaksanakan stock split yang efektif berlaku Jumat lalu,” ujar Russel.
Russel mencermati perbandingan konsumsi batu bara tahun 2023 dengan tahun ini. Dia menyebut pendapatan Perseroan tahun 2022 melonjak karena harga batu bara global yang tinggi.