Jakarta, TAMBANG – Anak usaha PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Arutmin Indonesia (Arutmin) turut mendorong pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045. Di antaranya dengan memfokuskan program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat (PPM) sektor kesehatan pada pencegahan anak stunting dan berkebutuhan khusus.
“Kita fokus pada stunting karena perencanaan pemerintah pada tahun 2045 adalah Indonesia generasi emas. Makanya kita fokus pada anak-anak stunting dan berkebutuhan khusus,” ucap Kepala Department Community Development dan External Affair Superintendent Arutmin North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT), Eko Pribadi saat ditemui di Kotabaru, Kalimantan Selatan, Kamis (26/10).
Eko menyebut, untuk mensukseskan program pencegahan stunting pada anak ini pihaknya dan pemerintah Kabupaten Kotabaru mengundang Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo untuk meresmikan peluncuran program Dashat beberapa bulan lalu.
“Nah soal kesehatan, yang berbeda di Kotabaru adalah kita fokus pada anak-anak stunting dan kebutuhan khusus. Kebetulan 3 bulan yang lalu, Pak Hasto Kepala BKKBN Pusat kemarin datang ke sini,” ungkapnya.
Sementara program peduli anak berkebutuhan khusus, salah satunya diaplikasikan melalui pelatihan guru tingkat SD sampai SMA untuk memiliki keterampilan dan keahlian dalam mengajar mereka di sekolah inklusi.
“Kalau di kota-kota besar, pendidikan inklusi itu sudah dilakukan dengan baik, terstruktur masing-masing sekolah dikasih bagian dan kewajiban. Kalau di daerah, masih banyak sekali yang kita intervensi,” ucapnya.
Bahkan, PT Arutmin Indonesia tetap membimbing mereka setelah lulus. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa anak berkebutuhan khusus mendapat perlakuan yang setara di masyarakat dan bisa mandiri.
“Kita bahkan masuk ke program sekolahnya di SLB sampai dengan pasca mereka sudah tidak sekolah, kalau sudah sekolah, anak-anak berkebutuhan khusus habis sekolah ngapain? Bisa gak mereka mandiri. Kita juga intervensi di situ,” jelasnya.
Di samping itu, pihaknya juga membina komunitas pemuda dan pemudi berkebutuhan khusus ‘Satu Lisan’ (Sahabat Bisu, Tuli S-ijaan) yang berada di Kampung Nelayan Desa Sarang Tiung, Pulau Laut Sigam, Kotabaru. Program ini dimaksudkan untuk menyiapkan mereka agar bisa berdikari.
Hal itu terbukti di mana pada saat ini di Kampung Nelayan tersebut, mereka sudah mandiri dan bisa memanfaatkan potensi alam menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi lewat pariwisata lokal.
“Kita juga ada Satu Lisan, Sahabat Bisu Tuli Sa-ijaan. Kita bagaimana menyiapkan mereka nantinya mereka untuk berusaha mandiri. Itu yang paling penting,” pungkasnya.