Beranda Korporasi SAE Terus Tekan Penurunan Tingkat Air Keruh

SAE Terus Tekan Penurunan Tingkat Air Keruh

Direktur PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) Bregas H Rochadi saat media gathering dengan para jurnalis se-Banyumas, di Purwokerto, Rabu (22/1).

Purwokerto, TAMBANG  –  PT. Sejahtera Alam Energy (SAE) terus berkomitmen untuk meminimalisir dampak pekerjaan infrastruktur tanah, yang berdampak keruhnya air Curug Cipendok dan Sungai Prukut, Kecamatan Cilongok, Banyumas, Jawa Tengah.

 

Direktur PT. Sejahtera Alam energy (SAE) Bregas H. Roechadi, mengatakan, saat ini pekerjaan infrastruktur tanah masih dihentikan sementara untuk fokus ke perlindungan lingkungan. Langkah yang dilakukan tahapan perlindungan lingkungan ini yaitu, pengamanan mata air, penambahan settling pond dan hauling tanah ke disposal.

 

“Kami meminta maaf atas dampak yang dialami masyarakat Cilongok, kami terus bekerja untuk meminimalisir dampak yang terjadi. Hasil dari pekerjaan perlindungan lingkungan terlihat kekeruhan sudah menurun, dan dampak dari hujan besar sudah kembali ke kondisi lama,” kata Direktur PT. SAE Bregas H Rochadi, saat media gathering dengan para jurnalis se-Banyumas, di Purwokerto, Rabu (22/1).

 

Saat ini menurut Bregas, tingkat kekeruhan air dari 1000 NTU sudah turun ke posisi 100-200 NTU. “Mungkin kalau curah hujan tinggi bisa kembali naik jadi 700 NTU, tapi dalam waktu 24 jam akan kembali turun ke 100-200 NTU dan akan terus kita tekan hingga kembali normal,” terangnya.

 

Pencegahan dampak lingkungan juga dilakukan dari hulu ke hilir, di atas lereng dilakukan upaya disposal area dan cut and fill area. Sementara di bawah lereng dilakukan upaya pengalihan mata air dan settling pond.

 

Bregas menjelaskan, upaya yang telah dilakukan di atas lereng (up hill) dengan tujuan mencegah air atau tanah masuk ke kawah lereng dan mencegah tanah jatuh ke lereng. Filter pertama yang dilakukan menurutnya, di atas lereng membuat disposal areakhusu dengan membuat dinding penahan tanah agar tidak turun ke lereng.

 

Kemudian dibuat penyaring air yang membawa lumpur, dan dilanjutkan dengan membuat drainase sementara agar air yang mengalir tidak jatuh ke badan sungai untuk mencegah pencemaran.

 

“Kalau masih ada tanah jatuh ke sungai, kita melalukan pengamanan di down hill, mengamankan mata air yang ada, membuat sedimen pond, singga tanah yang jatuh ke sungai bisa diendapkan sebelum mengalir terus ke Curug Cipendok. Kami juga antisipasi dengan menyediakan air bersih melalui instalasi air bersih kepada warga,” jelas Bregas.

 

Penanganan juga dilakukan terkait dengan dampak sosial yang dialami masyarakat. Pekerjaan pipanisasi air bersih di tujuh desa terdampak se-Kecamatan Cilongok, dengan perkembangan pekerjaan sudah mencapai 85 persen dengan nilai total pekerjaan sebesar Rp6 miliar.

 

Pemberian ganti rugi terhadap warga yang terdampak air keruh terutama kolam ikan dilakukan dalam beberapa tahap. Saat ini menurut Bregas, sudah sampai tahap ketiga dengan nilai Rp750 juta. Kemudian dilanjutkan dengan tahap berikutnya dengan nilai kurang lebih Rp600 juta.

 

“Nanti juga kita merencanakan tahapan pekerjaan kran air untuk umum dan perikanan. Sekarang kita lakukan penanganan bertahap terlebih dahulu,” tuturnya.

 

Sementara itu, Area Manager PLTPB Baturraden, Bintang Sasongko, mengatakan, penanganan yang dilakukan saat ini dalam jangka pendek dilakukan dalam du hal. Pertama, melakukan diskusi-diskusi langsung dengan masyarakat di desa-desa, untuk mendapatkan solusi dari setiap masalah yang muncul.

 

Kedua,melakukan patroli hutan kerjasama dengan bidang khusus termasuk warga, dipandung oleh Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA). Karena menurut Bintang, kewajiban PT. SAE dalam memiliki ijin pinjam pakai kawasan hutan lindung adalah program konservasi, rehabilitasi dan monitoring  hutan-hutan. Dua hal dalam jangka pendek tersebut menurutnya, lambat laun akan menghasilkan sesuatu yang baru dan diketahui oleh warga dan pemerintah.

 

“Karena warga dan pemerintah harus diberi keyakinan di dalam hutan kita melakukan sesuatu  yang baik disana, bagaimana orang tahu tentang kegiatan konservasi, rehabilitasi dan  monitoring hutan-hutan yang kami lakukan. Sehinggga gambaran kegiatannya di dalam hutan seperti apa, tidak seperti yang dipikirkan menjadi parah di atas sana. Kami membuka diri untuk ditanya dan berkomunikasi dengan siapapun,” kata Bintang Sasongko.