Beranda Tambang Today Rupiah Masih Tertahan di Rp14.484 per USD

Rupiah Masih Tertahan di Rp14.484 per USD

ilustrasi

Jakarta, TAMBANG – Nilai mata uang Rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp14.482- Ep14.469 per USD pada perdagangan Selasa (7/8).

 

Pengamat Pasar Modal Analis Efek Indonesia (AEI), Reza Priyambadha, mengatakan, pergerakan Rupiah diharapkan masih mampu melanjutkan apresiasinya seiring masih adanya sentimen positif dari dalam negeri.

 

Bahkan diharapkan juga sentimen positif dari dalam negeri, dapat mengimbangi sentimen global yang menunjukan USD masih cenderung terapresiasi dengan sentimen ancaman perang dagang tersebut.

 

“Tetap mencermati dan mewaspadai berbagai sentimen yang dapat membuat Rupiah kembali melemah,” kata Reza.

 

Tidak jauh berbeda dengan IHSG, dimana pergerakan Rupiah mampu mengalami kenaikan di tengah kekhawatiran masih adanya permintaan atas USD, seiring belum usainya perang tarif dagang antara AS dan China.

 

Laju Rupiah mendapat sentimen positif dari adanya rilis pertumbuhan GDP Indonesia sebesar 5,27 persen pada kuartal dua 2018.

 

Menkeu pun turut menyampaikan bahwa konsumsi dapat tumbuh tinggi karena upaya stabilisasi harga yang dilakukan oleh pemerintah serta adanya berbagai momentum seperti hari libur panjang, bulan puasa, hari raya Idul Fitri sampai pemberian tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13.

 

Sementara itu, dari pergerakan valas global, USD masih mengalami kenaikan seiring dengan makin meningkatnya kekhawatiran pelaku pasar terhadap imbas perang dagang terutama dengan adanya rencana balasan Tiongkok yang akan mengenakan tarif tambahan impor sebesar 5 hingga 25 persen atas sejumlah barang impor AS senilai USD60 miliar.

 

Sementara itu, Reza memprediksikan IHSG selanjutnya dapat bertahan di atas support 6066-6087 dan Resisten diharapkan dapat menyentuh kisaran 6118-6134.

 

Pergerakan IHSG yang mampu mengalami kenaikan diharapkan dapat membuka peluang kenaikan lanjutan dengan memanfaatkan sentimen positif dari dalam negeri. Adanya rilis pertumbuhan GDP tersebut seharusnya akan positif buat pasar.

 

Tetapi, di sisi lain sentimen ini bisa jadi ajang aksi profit taking buat pelaku pasar yg memanfaatkan kenaikan IHSG atau bisa juga buat pelaku pasar yg sebelumnya saat IHSG di bawah tidak sempat atau tidak berani masuk dan pada saat momen dimana IHSG naik tinggi justru berharap ada pelemahan biar di kasih kesempatan untuk masuk kembali.

 

“Tetap mewaspadai terhadap sentimen-sentimen yang dapat membuat IHSG kembali melemah, terutama jika aksi profit taking kembali ada,” pungkas Reza.