Beranda Tambang Today Bursa Saham Rupiah Berbalik Menguat Tipis, Ini Pemicunya

Rupiah Berbalik Menguat Tipis, Ini Pemicunya

Jakarta, TAMBANG,Mata Uang Rupiah hari ini ditutup menguat ke level 16.310. Dalam perdagangan besok mata uang Merah Putih ini kemungkinan akan kembali menguat di level 16.250-16.400. Hal ini disampaikan Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim.

 

Ia menjelaskan beberapa faktor yang membuat Rupiah perkasa terhadap USD. Dari dalam negeri,pasar merespon positif langkah Pemerintah dalam menangani wabah Covid-19. Presiden Joko widodo telah mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan status darurat kesehatan masyarakat untuk menanggulangi wabah virus corona di Indonesia (Covid-19). Kebijakan tersebut diambil setelah menetapkan Covid-19 sebegai jenis penyakit dan faktor risiko yang menimbulkan kedaruratan masyarakat.

 

“Untuk mengatasi dampak wabah tersebut saya telah memutuskan dalam rapat kabinet bahwa opsi yang kita pilih adalah pembatasan sosial berskala besar atau PSBB,” kata Jokowi di Istana Bogor, Jawa Barat, Selasa (31/3).

Dalam status PSBB ini, Jokowi menyatakan bahwa Menteri Kesehatan akan berkoordinasi dengan Kepala Gugus Tugas Covid-19 Doni Monardo dan Kepala Daerah. “Dasar hukumnya adalah Undang-undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan,” ujar Presiden Joko Widodo.

 

Kebijakan ini juga menjadikan Polri nanti akan menjadi ujung tombak dan akan berkoordinasi dengan kepentingan gubernur, bupati dan penguasa daerah lokal. “Sehingga  harmonisasi terkait kebijakan-kebijakan yang diambil kabupaten, wali kota, gubernur, soal lockdown atau karantina wilayah bisa terjalin dengan baik dan Virus corona bisa teratasi,”harap Ibrahim.

 

Sementara faktor eksternal juga ikut membantu memperkuat Rupiah. Mulai dari Cina dimana Biro Statistik Nasional melaporkan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur periode Maret sebesar 52. Angka ini meningkat signifikat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 35,7 sekaligus menjadi catatan terbaik sejak September 2017.

 

Menurut Ibrahim lonjakan PMI ini menunjukkan industri manufaktur China sudah bangkit setelah dihantam virus korona. PMI menggambarkan juga prospek pembelian bahan baku/penolong dan barang modal yang digunakan untuk proses produksi pada masa mendatang. Input sudah meningkat, dan akan menjadi peningkatan output. Bahkan tidak hanya manufaktur, PMI sektor jasa juga melejit dari 29,8 menjadi 52,3. Ini semakin mempertegas bahwa aktivitas ekonomi di Negeri Panda sudah sembuh.

 

Hal lain, Pasar  kembali menaruh harapan besar terhadap stimulus fiskal, terutama di Amerika Serikat (AS). Salah satu program dalam stimulus tersebut adalah bantuan untuk pengembangan vaksin virus corona. Virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina ini memang begitu mengerikan.

 

Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per pukul 07:08 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia adalah 784.314 orang dan korban jiwa adalah 37.638 orang dan saat ini yang menduduki rangking teratas atas kasus virus corona adalah AS.

 

Pemerintahan Presiden AS Donald Trump melalui paket stimulus fiskal bernilai USD 2,2 triliun mencoba mempercepat penemuan vaksin corona. Pemerintah menyediakan dana bagi perusahaan farmasi di AS untuk meningkatkan produktivitas mereka.

Dari nilai USD 2,2 triliun, pemerintah AS akan menggelontorkan duit US$ 421 miliar untuk membantu Johnson & Johnson dalam membangun fasilitas produksi baru yang membutuhkan investasi US$ 1 miliar. Fasilitas itu ditargetkan mampu memproduksi vaksin virus corona sebanyak 1 miliar dosis.