Jakarta, TAMBANG – Bursa saham Asia kembali melemah di awal pekan seiring memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China, terutama setelah AS berencana kembali mengenakan tarif tambahan atas impor sejumlah barang dari China.
Sebagai balasannya, Pemerintah China telah mengingatkan akan melakukan pembalasan jika AS meluncurkan langkah-langkah baru, termasuk jika diperlukan melemahkan mata uang CNY nya.
Di hari selanjutnya, pergerakan sejumlah bursa saham Asia kembali variatif seiring masih adanya sentimen kekhawatiran perang dagang AS-China. Di sisi lain, pelaku pasar mencoba berharap positif setelah pemerintah AS mengumumkan rencana pertemuan kembali antara AS dan Korea Utara.
Sementara di Zona Eropa, pelemahan belum juga usai pada perdagangan saham di sejumlah bursa saham Eropa. Pelaku pasar masih melakukan aksi jualnya seiring masih adanya kekhawatiran akan potensi terjadinya perang dagang, terutama setelah pemerintah AS berencana mengenakan tarif tambahan atas impor sejumlah barang dari China.
Indeks pan-European Stoxx 600 melemah 0,05 persen dengan pelemahan sejumlah sektor terutama sektor sumber daya dan otomotif yang turun dalam.
Pada bursa AS, pasca melemah di awal pekan, laju bursa saham AS memperbaiki posisinya dimana kembali menguat. Kenaikan ini dipimpin saham-saham teknologi, terutama saham Facebook dan Microsoft.
Pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali masuk. Meski demikian, pelaku pasar terlihat masih bersikap hati-hati seiring langkah AS yang berencana kembali mengenakan tarif impor tambahan atas sejumlah barang dari China.
“Selain itu, juga mencermati perkembangan pembicaraan kesepakatan dagang dengan Kanada dan Jepang,” kata Pengamat Pasar Modal dari Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambadha
Sementara itu, terkait IHSG, diharapkan IHSG selanjutnya dapat bertahan di atas support 5815-5822 dan Resisten diharapkan dapat menyentuh kisaran 5847-5858.
Pasca menguat, laju IHSG memperlihatkan adanya pembalikan arah sehingga membuka peluang pelemahan lanjutan. Diharapkan aksi jual kian berkurang sehingga IHSG mampu bertahan dari potensi pelemahan kembali.
“Tetap mewaspadai berbagai sentimen yang dapat menahan penguatan IHSG,” pungkas Reza.