JAKARTA, TAMBANG – PT PLN Persero berhasil merampungkan kontruksi gardu induk 150 kilovolt (KV) Kalselteng 1 Town Freeder Transformator (TFT) di Desa Tumbang Kajuei, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah.
Selain meningkatkan keandalan pasokan listrik, PLN juga dapat menghemat Rp 20,6 miliar dari pengoperasian gardu induk berkapasitas 30 Mega Volt Ampere (MVA) tersebut.
General Manager Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Barat, Didik Mardiyanto, mengatakan gardu induk ini akan mengalirkan pasokan listrik dari PLTU IPP Kalselteng 1 berkapasitas 200 megawatt (MW).
Nantinya, GI Kalselteng 1 TFT akan dapat menyuplai listrik warga yang berada di Kecamatan Rungan dan Kecamatan Manuhing, di Kabupaten Gunung Mas, serta juga warga lain di sekitarnya.
“Dengan hadirnya infrastruktur ini tentunya akan meningkatkan keandalan listrik bagi pelanggan. Kami berharap dengan suplai listrik yang maksimal dapat meningkatkan geliat ekonomi warga dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ujar Didik, dikutip dari keterangan resmi, (8/2).
Rampungnya pembangunan GI Kalselteng 1 TFT tersebut sekaligus akan mengurangi penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Tumbang Jutuh dan Tumbang Telaken.
Penghentian PLTD ini, kata dia merupakan suatu upaya peningkatan keandalan listrik dengan dengan menghapus penggunaan pembangkit diesel dan menghubungkan sistem kelistrikan setempat dengan sistem kelistrikan Kalimantan.
Sebelumnya, warga di kedua Desa tersebut menikmati listrik 18 jam per hari, saat ini telah tersambung dengan sistem Kalimantan dan 2.850 pelanggan menikmati listrik 24 jam. PLN mesti harus mengoperasikan PLTD untuk bisa melistriki masyarakat. Namun, dengan adanya Gardu Induk, PLN bisa menekan penggunaan PLTD sehingga bisa menghemat biaya operasional Rp20,6 miliar per tahun.
“Saat ini 2.850 pelanggan sebelumnya disuplai melalui PLTD Tumbang Jutuh dan Tumbang Telaken, Dengan hadirnya listrik PLN ini kami berharap aktivitas warga jadi semakin mudah, dan tentunya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat di Desa Tumbang Jutuh dan Desa Tumbang Telaken, serta desa-desa disekitarnya,” ungkapnya.
Adapun pembangunan GI ini menelan investasi sebesar Rp 12 miliar dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 31,82 persen.
Selain itu, Didik menjelaskan, GI ini juga telah memperoleh Sertifikat Laik Operasi (SLO) dari PLN Pusat Sertifikasi. SLO merupakan bukti pengakuan formal suatu instalasi listrik telah berfungsi sesuai persyaratan yang ditentukan dan dinyatakan siap dioperasikan.
“Alhamdullilah GI 150 kV Kalselteng 1 TFT ini sudah mendapatkan SLO. Hal ini juga bermanfaat untuk memastikan instalasi listrik yang beroperasi sesuai standar keselamatan berlaku,” katanya.
Selain memperoleh SLO untuk GI 150 kV Kalselteng 1, PLN juga memperoleh SLO untuk proyek Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai (Peaker) Stage 2 Unit 13 berkapasitas 140 Megawatt.
PLN juga menargetkan untuk menyelesaikan pembangunan jaringan interkoneksi antara sistem kelistrikan Barito di Kalimantan Tengah dan sistem Khatulistiwa di Kalimantan Barat yaitu proyek SUTT 150 kV Pangkalan Bun-Sukamara dan Sukamara-Kendawangan.
Hadirnya interkoneksi sistem kelistrikan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat bertujuan agar setiap sistem kelistrikan di Kalimantan dapat terhubung dan saling menopang satu dengan lainnya.