Jakarta – TAMBANG. Di tengah harga batu bara yang masih cenderung turun, PT Tambang Batu bara Bukit Asam (persero) Tbk (PTBA) masih optimis menatap tahun 2016. Ini terlihat dari rencana perusahaan untuk tetap meningkatkan produksi batu bara tahun ini. Di 2015 pun produksi batu bara perseroan sebesar 19,17 juta ton (unaudit) tahun 2015. Artinya dibanding tahun 2014 yang memproduksi sebesar 16,37 juta ton ada kenaikan kurang lebih 20%.
Sekretaris perusahaan, Joko Pramono mengungkan perseroan melakukan optimalisasi sistem penambangan seperti elektrifikasi peralatan tambang dengan menggunakan tenaga listrik yang dihasilkan pembangkitnya sendiri dengan bahan bakar limbah batu bara. Selain itu, perseroan juga memperpendek penjualan batu bara berkalori tinggi untuk pasar ekspor.
“Kenaikan tersebut tak lepas dari kontribusi unit pertambangan tanjung enim (UPT) di tanjung enim Sumsel sebesar 18,53 juta ton (naik 20% dari 15,50 juta ton), dan dari anak perusahaan yaitu PT Internasional Prima Coal di Kaltim sebesar 0,68 juta ton dari unit pertambangan Ombilin (UPO) sebesar 0,02 juta ton,” ujar Joko dalam keterangan resminya kepada Bursa senin (4/1).
Namun PTBA juga melakukan pembelian batu bara sebesar melalui anak usahanya yaitu PT Bukit Asam Prima (BAP) sebesar 1,46 juta ton.
Realisasi penjualan perseroan pun mengalami kenaikan 7% menjadi 19,17 juta ton. 10,13% ditujukan untuk pasar domestic dan 9,03 juta ton untuk pasar ekspor.
Meski banyak pihak menilai kondisi pasar batu bara di 2016 tidak banyak berbeda dengan tahun ini. Namun PTBA masih akan meningkatkan kapasitas produksinya. Menurut Joko, PTBA menaikkan volume produksi sebesar 25,75 juta ton atau naik 34% dibanding realisasi tahun 2015 sebesar 19,24 juta ton.
Target tersebut rencananya akan didapatkan dari Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPT) sebesar 24,70 juta ton atau naik 34% dibanding realisasi Produksi UPT tahun 2015 sebesar 18,53 juta ton. Sumber lainnya yaitu PT Internasional Prima Coal (IPC) akan dipatok sebesar 0,93 juta ton atau naik 37% dibandingkan produksi tahun sebelumnya sebesar 0,68 juta ton, dan dari Unit Pertambangan Ombilin (UPO) 0,06 juta ton dan dari Tambang Peranap di Indragiri Hulu, Riau 0,06 juta ton.
Sementara anak usaha lainnya, PT Bukit Asam Prima (BAP) diharapkan mampu melakukan pembelian batubara tahun 2016 sebesar 2,57 juta ton atau naik sebesar 76% dibandingkan realisasi pembelian tahun 2015 sebesar 1,46 juta ton.
Untuk itu, perseroan pun menetapkan target penjualan hingga 29,17 juta ton pada 2016 atau naik 52% dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 19,17 juta ton. Sehingga jumlah rencana produksi dan pembelian batubara tahun 2016 sebesar 28,32 juta ton atau naik 37% dibandingkan realiasi produksi dan pembelian tahun 2015 sebesar 20,70 juta ton.
Komposisi penjualannya sendiri sebesar 15,17 juta ton untuk melayani permintaan domestik, dan 14 juta ton atau 48% sisanya ditujukan untuk melayani permintaan ekspor.
Joko menambahkan, dalam menghadapi harga batubara yang terus mendapat tekanan pasar, PTBA mendirikan sejumlah anak perusahaan dan cucu perusahaan agar perseroan dapat bergerak lebih lincah sehingga menjadi sebuah holding company (perusahaan induk).
Anak perusahaan dan cucu perusahaan tersebut, lanjut Joko, di antaranya bergerak di sektor pembangkit ketenagalistrikan, penambangan batubara, jasa penambangan batubara, perdagangan batubara, transportasi dan penananganan batubara, jasa pandu pelabuhan, perkebunan sawit, dan pengelolaan rumah sakit
Sementara anak usaha lainnya, PT Bukit Asam Prima (BAP) diharapkan mampu melakukan pembelian batubara tahun 2016 sebesar 2,57 juta ton atau naik sebesar 76% dibandingkan realisasi pembelian tahun 2015 sebesar 1,46 juta ton.
Untuk itu, perseroan pun menetapkan target penjualan hingga 29,17 juta ton pada 2016 atau naik 52% dibandingkan dengan realisasi tahun 2015 sebesar 19,17 juta ton. Sehingga jumlah rencana produksi dan pembelian batubara tahun 2016 sebesar 28,32 juta ton atau naik 37% dibandingkan realiasi produksi dan pembelian tahun 2015 sebesar 20,70 juta ton.
Komposisi penjualannya sendiri sebesar 15,17 juta ton untuk melayani permintaan domestik, dan 14 juta ton atau 48% sisanya ditujukan untuk melayani permintaan ekspor.
Joko menambahkan, dalam menghadapi harga batubara yang terus mendapat tekanan pasar, PTBA mendirikan sejumlah anak perusahaan dan cucu perusahaan agar perseroan dapat bergerak lebih lincah sehingga menjadi sebuah holding company (perusahaan induk).
Anak perusahaan dan cucu perusahaan tersebut, lanjut Joko, di antaranya bergerak di sektor pembangkit ketenagalistrikan, penambangan batubara, jasa penambangan batubara, perdagangan batubara, transportasi dan penananganan batubara, jasa pandu pelabuhan, perkebunan sawit, dan pengelolaan rumah sakit
Perseroan juga berencana membeli perusahaan teknologi pencairan batu bara di Australia. Menurut Joko ditargetkan pada triwulan I 2016, perseroan lewat anak perusahaan PT Bukit Energi Investama (BEI) merencanakan untuk membeli sebagian saham Ignite Energy Resources Ltd (IER) dari Australia. Ini merupakan perusahaan yang memiliki teknologi Coal Liquefaction (batubara cair) dan Coal Up Grading (peningkatan kualitas batubara).
Untuk pengolahan batubara ini, IER Ltd. menggunakan teknlogi Cat-HTR (Catalic Hydro-Thermal Reactor) yang dapat mengolah batubara menjadi (Synthetic Crude Oil) atau minyak mentah sintetis yang lebih lanjut dapat diurai menjadi minyak diesel, avtur dan gasoline, serta menghasilkan batubara kalori tinggi.
Saat ini, lanjutnya, antara BEI dan IER sudah dicapai kesepakatan dari sejumlah Condition Presedecne (persyaratan) yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak sebelum proses akuisisi atau pembelian saham IER dilaksanakan.
Untuk pengolahan batubara ini, IER Ltd. menggunakan teknlogi Cat-HTR (Catalic Hydro-Thermal Reactor) yang dapat mengolah batubara menjadi (Synthetic Crude Oil) atau minyak mentah sintetis yang lebih lanjut dapat diurai menjadi minyak diesel, avtur dan gasoline, serta menghasilkan batubara kalori tinggi.
Saat ini, lanjutnya, antara BEI dan IER sudah dicapai kesepakatan dari sejumlah Condition Presedecne (persyaratan) yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak sebelum proses akuisisi atau pembelian saham IER dilaksanakan.