Luwu Timur, TAMBANG – Pembangunan pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) PT Vale Indonesia (Vale) di Blok Sorowako direncanakan tahun 2023. Hal ini disampaikan Chief Operating Officer (COO) Vale, Abu Ashar.
“Pomalaa sudah ground breaking, Bahodapi next month. Insyaallah tahun depan Sorowako HPAL untuk project development PT Vale,” ujarnya saat ditemui di Sorowako, Luwu Timur, Minggu (18/12).
Menurutnya, lokasi pabrik akan didirikan di Desa Malili, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Sulsel. Abu menuturkan, smelter berteknologi tinggi ini nantinya akan diintegrasikan langsung ke area pertambangan melalui pipa.
“HPAL di Sorowako itu nanti pabriknya ada di daerah Malili sana. Nanti kami alirkan dari mining itu setelah diproses melalui pipa. Rencananya akan membangun pipa dari Sorowako ke Malili,” beber Abu.
Dia menambahkan, HPAL akan mengolah nikel kadar rendah (limonit) dengan produk turunan berupa Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan kapasitas produksi tahunan mencapai 60.000 ton.
“Jadi ini sangat bagus, kami ambil yang low gradenya, limonit untuk HPAL, yang High Grade, saprolit untuk RKEF di Sorowako,” ungkapnya.
Proyek yang melibatkan Zhejiang Huayou Cobalt Company (Huayou) ini merupakan bagian dari komitmen Vale untuk meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi. Termasuk untuk mendukung pencapaian pembuatan baterai kendaraan listrik.
“Produknya nanti berupa MHP. Ini komponen utama buat baterai. Kalau nikel matte buat bahan suport untuk stainless steel,” ujar dia.
Sebelumnya, Vale dan Huayou telah menandatangani The Heads of Agreement yang akan menjadi acuan untuk kesepakatan lebih lanjut pada Selasa, (13/9).
CEO PT Vale, Febriany Eddy mengatakan kerja sama proyek pengembangan ini adalah salah satu bentuk realisasi komitmen pertambangan berkelanjutan dan strategi PT Vale dalam menunjang program Pemerintah untuk membuat ekosistem mobil listrik di Indonesia.
Sementara, Presiden Komisaris PT Vale dan Wakil Presiden Eksekutif Vale Base Metals, Deshnee Naidoo mengaku senang dapat memperluas kerja sama dengan Huayou Cobalt dalam proyek yang begitu penting ini.
“Perjanjian kemitraan ini merupakan katalis lain untuk pembangunan ekonomi berkelanjutan dari sumber daya nikel kelas dunia Indonesia dan bersama dengan kemajuan terbaru pada fasilitas HPAL Pomalaa dan Proyek Blok Bahodopi,” ujar Deshnee.
“Ini menunjukkan bahwa kami berkomitmen untuk melaksanakan proyek pertumbuhan berkelanjutan generasi berikutnya dengan dampak lingkungan yang minimal untuk kepentingan pemangku kepentingan lokal dan nasional,” tandas Deshnee.