Jakarta, TAMBANG – PT Timah Tbk telah melibatkan 45.294 masyarakat dalam mensukseskan program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) selama tahun 2023. Masayarakat tersebut berasal dari wilayah operasional perusahaan.
PT Timah melaksanakan program TJSL dalam berbagai program mulai dari kesehatan, pemberdayaan masyarakat adat, pendidikan, perikanan, ekonomi kreatif, UMKM dan pelestarian lingkungan telah memberikan manfaat bagi masyarakat di lingkar tambang.
Anggota holding Industri Pertambangan MIND ID ini melibatkan komunitas lokal, pemerintah daerah, dan berbagai pihak terkait untuk memastikan bahwa program TJSL Perusahaan bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Program TJSL yang dijalankan PT Timah juga disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi masyarakat. Hal ini sebagai upaya perusahaan untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan akses pendidikan, PT telah memberikan beasiswa bagi masyarakat di lingkar tambang. Beasiswa ini mencakup biaya pendidikan, buku, dan serangkaian kegiatan pendukung untuk membantu mereka meraih potensi maksimal. Hal ini sebagai upaya perusahaan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
PT Timah berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan lingkungan. Melalui program TJSL, PT Timah telah melakukan penanaman ribuan pohon, mengadopsi teknologi ramah lingkungan dalam operasional. Langkah-langkah ini tidak hanya membantu mengurangi jejak karbon perusahaan, tetapi juga mendorong kesadaran lingkungan di antara masyarakat setempat.
Dalam konteks kesehatan, PT Timah juga menyelenggarakan program kesehatan gratis, melalui program Mobil Sehat, pelayanan kesehatan gratis ini telah memberikan akses layanan kesehatan bagi ribuan masyarakat.
Program TJSL yang inovatif ini telah mendapatkan respons positif dari masyarakat, pemerintah, dan berbagai pihak terkait. Bukan hanya memberikan manfaat langsung kepada ribuan orang.
Langkah-langkah yang dilakukan PT Timah ini tidak hanya membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat, tetapi juga komitmen perusahaan untuk tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
Dengan program CSR yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan keberlanjutan, hal ini juga unt7u mendukung pembangunan di daerah tersebut.
Salah satu kelompok masyarakat yang merasakan manfaat dari Program TJLS PT Timah ialah KUPS Mudong Garam Lestari, Desa Padang, Belitung Timur.
Ketua KUPS Mudong Garama Lestari, Ahartoni mengatakan, program TJSL PT Timah telah membantu mereka dalam mengembangkan usaha garam yang telah dijalankan oleh KUPS Mudong Garam Lestari (MGL).
Menurutnya, bantuan dari PT Timah dimanfaatkan oleh kelompok mereka seperti penambahan vlog baru dengan lantai semen, perbaikan plastik membran vlog yang bocor.
“Bantuan dari CSR PT Timah digunakan untuk membeli sarana prasarana penunjang pembuatan garam antara lain pembelian tangki air, mesin robin pengisap air, timbangan dan sarana prasarana lainnya,” katanya.
Sehingga, dampak bantuan program PT Timah melalui program TJSL itu telah membantu masyarakat dan menambah penghasilan kelompok usaha mereka.
Sama halnya dengan yang diungkapkan, Ketua Kelompok Nelayan Ridho Ilahi Bersatu, Desa Kenanga, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka Karyadi.
Kelompok mereka dilibatkan PT Timah untuk membuat dan menenggelamkan ratusan unit rumpon ikan ini di Perairan Rebo. Hal ini untuk mempermudah masyarakat nelayan dalam mencari ikan.
Menurut Karyadi, para nelayan khususnya sudah merasakan manfaat kehadiran rumpon karena mereka tak perlu jauh-jauh lagi melaut karena ikan sudah berkumpul dan jarak yang ditempuh juga lebih dekat.
Mereka juga membagikan titik penenggelaman rumpon ini kepada nelayan sekitar, agar hal ini juga bisa dirasakan nelayan lainnya seperti nelayan Desa Kenanga, Rebo, Parit Padang dan Desa Jurung.
Ia berharap, kegiatan penenggelaman rumpon ini bisa menjadi agenda rutin tahunan yang dilaksanakan bersama PT Timah Tbk sehingga semakin banyak rumpon di Perairan Rebo.
“Semoga ini bisa dilakukan setiap tahunnya, karena bagi nelayan dengan kapasitas mesin yang kecil, itu sangat membantu sekali. Karena radius jangkauannya yang 3-4 mil masih terbilang dekat dan mudah untuk diakses,” kata Karyadi.