Jakarta, TAMBANG – Menteri ESDM Ignasius Jonan memastikan proyek pengembangan energi panas bumi di Indonesia, tidak akan terganggu dengan rencana pemerintah menunda sebagian proyek infrastruktur berstatus Proyek Strategis Nasional(PSN).
Rencana penundaan sebagian proyek infrastruktur ini bagian strategi menahan pelemahan nilai tukar rupiah. Beberapa proyek pembangkit listrik pun harus ditunda. Namun, untuk panas bumi menurutnya tidak termasuk dalam proyek nasional yang ditunda.
“Kalau yang panas bumi, eksplorasi masih lama. Eksplorasi saja paling cepat 2-3 tahun pembangunan 3-4 tahun jadi total tujuh tahun. Masih lama, jalan saja (pembangunan proyek), karena kalau panas bumi waktu eksplorasi masih panjang,” kata Ignasius Jonan, usai membuka konvensi pengembang panas bumi “The 6th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition” di Jakarta, Kamis (6/8).
Penundaan ini dikatakan Jonan, karena ada beberapa hal yaitu mengurangi pertumbuhanan atau kecepatan impor barang. Sehingga jika dianggap tidak perlu, maka harus ditunga. Kemudian, kebutuhan permintaan listrik tahun ini bergeser. Misalnya di tahun 2018 ini, permintaan listrik diprediksi dan tertuang dalam APBN 2018 sebesar hingga 8 persen. Sementara realisasinya, hingga triwulan kedua, baru melebihi 4 persen dan diprediksikan hingga akhir tahun sebesar 6 persen.
“Pelemahan kurs rupiah belakangan menjadi hal yang sangat diperhatikan. Jadi ada berapa yang pembangunannya belum financial close atau belum disetujui pemerinah, itu yang digeser setahun dua tahun, hingga 2026,” tutur Jonan.
Hal senada dikatakan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution. Menurutnya, ada dua kategori proyek yang mungkin ditunda. Pertama, proyek yang masih dalam tahap persiapan dan belum financial closing. Kedua, yang tidak dibutuhkan segera. “Tapi kalau penting tetap jalan,” kata Darmin.
Sementara bagi Menteri Keuangan Sri Mulyani, dalam menghadapi situasi ketidakpastian ini, pemerintah terus berjaga-jaga. “Domestik dalam negeri, produksi kita sudah berikan rambu-rambu. Kita lihat saha dari industri-industri kalau membutuhkan insetif tambahan nantinya,” kata Sri Mulyani usai menjadi pembicara kunci di konvensi panas bumi “The 6th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition “ di Jakarta, Kamis (6/9).