Jakarta-TAMBANG. Rencana pemerintah untuk menambah kapasitas produksi listrik nasional hingga 35.000 MW dalam lima tahun ke depan mendapatkan apresiasi besar dari pelaku industri jasa logistik batu bara. Pasalnya program itu dinilai akan mendukung bangkitnya industri logistik laut dan menjadikan Indonesia sebagai negara maritim yang sesungguhnya.
Senator Nur Bahagia dari Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Suplai, ITB mendesak agar pemerintah tidak menunda pelaksanaan program itu. Program kelistrikan 35.000 MW akan didominasi oleh PLTU batu bara yang kemungkinan besar akan dibangun di luar pulau Jawa. Dengan skema itu, industri jasa logistik tentu akan ikut bertumbuh.
“Ini justru kesempatan bagus bagi industri angkutan, mau tidak mau mereka kena. Masalahnya kapan itu bisa mulai berjalan. minimal untuk bikin power plant kan tiga tahun, nah mampu tidak logistik puasa tiga tahun. Kalau dari segi prospek sih besar,” ungkap Senator kepada Majalah TAMBANG, Rabu (27/5).
Senator menambahkan seluruh sistem untuk mendukung berjalannya skenario itu sudah dibuat melalui sistem logistik nasional. Jika program 35.000 MW berjalan lancar berarti kebutuhan batu bara untuk domestik akan bertambah. Industri jasa logistik dalam negeri akan berkembang apalagi didukung oleh asas cabotage.
Selama ini jumlah ekspor batu bara memang lebih besar ketimbang domestik. Namun jumlah sebesar itu tidak bisa dinikmati pula oleh jasa logistik lokal lantara skema penjualan yang dipakai adalah Free on Board (FOB). Melalui skema itu importir dari negara lain biasanya menggunakan kapal pesanan mereka sendiri yang kebanyakan dari perusahaan asing.
“Sistem itu tidak memberikan apapun buat jasa logistik dalam negeri. Jadi terus terang selama ini yang paling dasyat itu angkutan dari luar negeri. Nah dengan adanya 35.000 MW itu kita punya pangsa yang lebih bagus, jangan sampai itu diangkut juga oleh kapal asing.”