Beranda Komoditi Produsen Nikel dari Filipina Ditekan Harga

Produsen Nikel dari Filipina Ditekan Harga

Foto: kegiatan penambangan di Ban Phuc. Sumber foto: Asiaminer.com

MANILA, TAMBANG. SEJAK Indonesia menerapkan kebijakan larangan ekspor mineral mentah, mulai Januari 2014, Filipina kecipratan rejeki. Tambang nikel yang sebelumnya tak banyak dilirik produsen dari Cina, kini hidup lagi. Nikel dari Filipina kualitasnya kurang bagus dibandingkan nikel dari Indonesia, yang kadarnya lebih tinggi. Tetapi pelemahan harga komoditi yang terus berlanjut memaksa sejumlah tambang menutup operasinya.

 

Media bisnis dari Filipina, Manila Bulletin, dalam terbitannya kemarin memberitakan, rendahnya harga nikel membuat sejumlah tambang nikel tak beroperasi lagi. Lainnya harus mengurangi operasinya, demi menghemat ongkos. Kata chairman perusahaan tambang nikel Global Ferronickel Holdings, yang juga Direktur KADIN Filipina, Joseph C. Sy, Filipina memasok lebih dari 90% kebutuhan bijih nikel mentah ke Cina, sejak pelarangan ekspor mineral mentah oleh pemerintah Indonesia.

 

Tambang nikel di Sta. Cruz, Zambales, Filipina. Sumber: Manila Bulletin

Akibat berkurangnya pasokan dari Filipina, sejumlah smelter di Cina terpaksa menutup produksinya. Lebih dari 50% impor nikel oleh perusahaan Cina berasal dari nikel kadar rendah. Ekspor nikel dari Filipina pada 2015 juga sudah turun hingga separuh dari ekspor pada 2014.

 

Tahun ini terjadi kelangkaan pasokan nikel kualitas menengah, karena rendahnya harga. Kata Joseph C. Sy, bila harga nikel di Bursa Metal London di bawah US$ 10.000 per ton, harga bijih kualitas menengah akan di bawah US$ 20 per metrik ton basah. Ini akan membuat para penambang bangkrut, karena biaya produksinya di atas US$ 20, mengingat panjangnya jarak angkut.