Purwokerto, TAMBANG – Energi panas bumi (geothermal) memiliki manfaat besar dalam peningkatan perekonomian masyarakat dan daerah sekitar. Uap panas bumi, dapat dimanfaatkan untuk pengeringan produk lokal. Begitu juga dengan energi uap panas bumi PLTPB Baturraden yang dikembangkan oleh PT. Sejahtera Alam Energy (SAE).
Gambaran manfaat itu diceritakan Area Manager PLTPB Baturraden Bintang Sasongko. Menurutnya, seperti yang terlihat di beberapa daerah lain yang terdapat PLTPB, ada dua manfaat yang bisa dirasakan ketika proses produksi sudah berjalan nanti, yaitu pemanfaat langsung dan tidak langsung.
“Pemanfaatan langsung terkait dengan manfaat yang diterima masyarakat. Tidak langsung terkait dengan kebutuhan listrik yang disalurkan oleh PLN. Jadi manfaat energinya sangat besar,” kata Bintang kepada wartawan, Senin (29/1).
Pemanfaatan langsung menurut Bintang, produk atau sisa energi uap panas bisa dipergunakan oleh usaha-usaha masyarakat yang menjual produk makanan ringan lokal, dari hasil pertanian. Jamur, keripik pisang dan hal-hal lain yang memerlukan cara mengeringkan produk misalnya, dalam proses pengeringan dapat memanfaatkan uap panas bumi. Kedekatan antara PLPTB dan usaha kecil yang membutuhkan uap panas ini, tentunya akan menumbuhkan perekonomian dan daerah sekitar.
Manfaat ini, yang kemudian menurut Bintang, memikat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyumas untuk berbagi informasi pemanfaatan langsung uap panas bumi, yang bisa dimanfaatkan untuk perekonomian masyarakat sekitar. Rencananya, Pemkab Banyumas akan mengajak para pengusaha kripik pisang di Ajibarang, untuk membuat pabrik kecil di sekitar wilayah PLTPB.
“Dalam waktu dekat, kami diminta untuk presentasi pemanfaatan langsung apa saja yang bisa dilakukan, dan dari bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemkab Banyumas akan membuatkan pertemuan langsung dengan para pengusaha lokal. Nanti ini bisa berjalan setelah PLTPB berproduksi dan posisi tepatnya energi uap ini, kemudian Pemkab bisa memastikan lokasinya,”tutur Bintang.
Sementara pemanfaatan tidak langsung dijelaskan Bintang, saat produksi nanti, uap panas bumi akan masuk ke jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan diarahkan ke Pusat Pengatur Beban. “PLN dan timnya nanti yang mengatur kembali pengiriman listrik, seperti seluruh pembangkit listrik di Jawa dan Madura mengirim ke pusat pengatur beban,” tukasnya.
Sementara itu, terkait pertanyan surplus listrik di wilayah Banyumas, Bintang menjelaskan, bahwa listrik di Jawa surplus karena menggunakan PLTU Batu Bara yang satu pembangkitnya menghasilkan ribuan megawatt, termasuk PLTU di Cilacap. Hanya, bahan batu bara berasal dari Kalimantan dan Sumatera yang berbiaya mahal pengirimannya dengan kapal tongkang ke Pulau Jawa. Batu bara tersebut kemudian dibakar, dan sisa pembakaran yang dinamakan fly-ash banyak dibiarkan begitu saja, meski menurutnya masih ada yang dimanfaatkan.
“Pemerintah sekarang mulai mengurangi suplai listrik dari batubara ke renewable atau energi terbarukan seperti energi angina dan energi panas bumi. Itulah yang sedang berlangsung sekarang, untuk mengurangi energi fosil yang semakin menipis ke depannya,” pungkas Bintang. (muflihun hidayat)