Jakarta, TAMBANG – Indonesia sedang gencar mencanangkan proyek gasifikasi. Batu bara hendak diubah menjadi berbagai macam produk, termasuk metanol. Pemerintah kerap merujuk pabrik-pabrik yang ada di Tiongkok bila menyoal tentang cerita sukses hilirisasi.
Salah satu perusahaan penghasil metanol berbahan baku batu bara di Tiongkok, Ningxia Baofeng Energy Group, baru saja mengumumkan soal kontrak kerjasamanya dengan Jhonson Matthey, perusahaan penyedia katalis sekaligus lisensi asal Inggris.
Berdasarkan keterangan resmi yang diterima tambang.co.id, Senin (4/8), Johnson Matthey ditunjuk sebagai lisensor dan pemasok rekayasa, tinjauan teknis, bantuan pelaksanaan, penyediaan katalis, serta pemasok peralatan pendukung pabrik.
“Kolaborasi kami bersama Ningxia Baofeng Energy untuk mendesain serta membangun pabrik metanol berskala besar”, ucap Managing Director Johnson Matthey, John Gordon.
Pabrik metanol tersebut, sambung Gordon, akan menggunakan gas sintesis sebagai umpan dan menggunakan konverter penghasil uap radial. Kemudian dengan katalis, akan dihasilkan metanol yang diolah lagi menjadi ofelin.
Saat beroperasi nanti, pabrik yang terletak di Yinchuan, Provinsi Ningxia ini, akan memiliki kapasitas sebesar 7200 mtpd. Dan menjadikannya sebagai pabrik metanol pengolahan tunggal terbesar di dunia.
Sebelumnya, Ningxia Baofeng telah mencapai tahap pelaksanaan atau commisioning dari unit sistesis metanol sebesar 6600 mtpd pada Mei 2020 lalu, dan berhasil menjalankan unit sistesis metanol asli sebesar 4450 mtpd sejak 2014 silam.
Selain metanol, Ningxia Baofeng juga memproduksi kokas, olefin, dan bahan kimia halus, yang diolah dari sumber daya batu bara domestik. Olefin menjadi produk unggulan dari Ningxia Baofeng.
Sebagai informasi, Ningxia Baofeng berdiri sejak tahun 2005, dan tercatat menjadi perusahaan swasta penghasil olefin dari batu bara terbesar di Tiongkok. Pabrik utama perusahaan berada di kawasan energi & kimia nasional – Ningdong Energy & Chemical Base di barat laut Tiongkok.
Dari lumbung kompleks Ningdong sendiri, diketahui berhasil memproduksi berbagai macam produk, di antaranya poli olefin sebanyak 1.200 kt/a, metanol sebanyak 4.000 kt/a, kokas sebanyak 4.000 kt/a, serta bahan kimia halus sebanyak 780 kt/a.
Bagaimana di Indonesia ?
Di Indonesia, rencana proyek serupa baru dicanangkan dan digarap oleh konsorsium bentukan Grup Bakrie. Lokasinya berada di Batuta Industrial Chemical Park, Bengalon, Kalimantan Timur.
Pada pertengahan Mei lalu, Grup Bakrie lewat PT Bakrie Capital Indonesia, menggandeng PT Ithaca Resources, dan penyedia teknologi asal Amerika Serikat, Air Products and Chemicals Inc. Mereka meneken perjanjian definitif kontrak investasi senilai lebih dari USD 2 miliar.
Pabrik konsorsium itu akan mengolah batu bara kalori rendah melalui tahap gasifikasi menjadi gas alam sintetis, kemudian diolah lagi menjadi metanol, dan menghasilkan produk sampingan bubuk sulfur.
Dalam perjanjian tersebut, Bakrie Capital dan Ithaca akan berperan sebagai pemasok batu bara. Sedangkan urusan meracik emas hitam menjadi metanol, diserahkan kepada Air Product.
Ithaca memiliki konsesi tambang batu bara di Kutai Timur. Sementara Bakrie Capital akan mengambil batu bara dari tambang anak usahanya, PT Kaltim Prima Coal.
Kesepakatan dalam perjanjian, membuka peluang bagi Bakrie Capital dan Ithaca untuk mengambil alih produksi metanol di kemudian hari, yang menyasar target pasar domestik.