Jakarta-TAMBANG. Menjelang pergantian milenium, pada 1999 silam, Mantan Gubernur Riau Saleh Djasit dan mantan Presiden Direktur PT Caltex Pacific Indonesia Baihaki Hakim terlibat obrolan mengenai kondisi fasilitas pendidikan di Riau.
Kala itu, Djasit mengutarakan kegundahannya karena daerah ini tak memiliki perguruan tinggi yang mampu menghasilkan tenaga kerja yang andal dan berkemampuan tinggi. Gayung bersambut, Baihaki merasakan hal yang sama. Walhasil, Baihaki dan Djasit bersepakat untuk bekerja sama mendirikan sebuah politeknik bernama Politeknik Clatex Riau (PCR).
Tak berlama-lama, kesepakatan itu langsung diwujudkan. Pemerintah Provinsi Riau menyediakan lahan untuk lokasi berdirinya politeknik di Rumbai. Caltex – yang kemudian berubah menjadi PT Chevron Pacific Indonesia — membangun gedung dan sarana perkuliahan sekaligus mengelola pengoperasiannya.
Pada tahun 2000, Yayasan Politeknik Caltex Riau didirikan bersamaan dengan pembangunan kampus. “Selanjutnya, penerimaan mahasiswa perdana pun digelar pada Agustus 2001,” tulis Robinar Djajadisastra, SH, LLM Ketua Yayasan Politeknik Chevron Riau.
Di awal pendirian, pendanaan politeknik disokong penuh oleh Caltex dan didukung bantuan anggaran dana dari Pemerintah Provinsi Riau. Perlahan perguruan tinggi ini berhasil melangkah mandiri pada tahun 2007.
“Alhamdulillah, kini PCR telah berkembang pesat. Tak kurang dari 1.400 alumni dengan kemampuan kompetitif dilahirkan dari sekolah ini. Banyak dari mereka yang kini sudah bekerja di sejumlah perusahaan multinasional dan nasional,” tutur Robinar.
Robinar menambahkan, sejak peresmian hingga saat ini, PCR telah melakukan beragam terobosan. Pengembangan sarana belajar mengajar terus dibenahi. Penambahan gedung perkuliahan, laboratorium, peningkatan kualitas tenaga pengajar merupakan sejumlah upaya PCR untuk menjadi yang terbaik.
“Menjadi perguruan tinggi terdepan di tanah air adalah cita-cita PCR. Cita-cita yang tentunya menuntut komitmen dan konsistensi penuh. Meski berat, kami yakin, pada saatnya nanti PCR akan duduk sama rendah dan tegak sama tinggi dengan perguruan tinggi-perguruan tinggi terdepan di negara ini,” lanjutnya.
Sederet penghargaan dan prestasi berhasil diraih sebagai bukti komitmen yang tinggi PCR dalam mempersiapkan SDM lokal yang andal untuk masa depan. Salah satunya adalah ketika PCR memperoleh 18 hibah penelitian dari Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).
Selain itu, Politeknik Caltex Riau tercatat sebagai politeknik swasta terproduktif dalam hal penelitian menurut Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) wilayah X, yang meliputi Provinsi Sumatera Barat, Riau, Jambi, Kepulauan Riau
“Pada 2016, jumlah hibah penelitian ilmiah Politeknik Caltex Riau yang dibiayai Kementerian Ristek dan Dikti tercatat sebanyak 15 hibah. Jumlah ini meningkat pada tahun 2017 menjadi 18 hibah,” jelas Tantin Ambarini, Humas PCR.
Pembantu Direktur I Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Muhammad Ihsan Zul berharap prestasi itu dapat menjadi tambahan suntikan motivasi bagi civitas akademica PCR untuk lebih giat dalam melakukan penelitian.
“Kami berharap penelitian dosen tidak hanya sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian, tetapi harus sampai pada tahap lanjutan, berupa publikasi ilmiah. Publikasi ilmiah adalah salah satu cara untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga dapat diunduh, dibaca dan dijadikan sebagai rujukan ilmiah bagi peneliti maupun akademisi lain,” ujar Ihsan.
Di Indonesia, Chevron mengoperasikan blok migas di bawah pengawasan dan pengendalian SKK Migas berdasarkan kontrak bagi hasil atau Production Sharing Contract (PSC). Investasi sosial di bidang pendidikan telah menjadi fokus Chevron di Indonesia sejak 1957, bermula dengan pendirian SMAN 1, sekolah menengah atas negeri pertama di Pekanbaru, Riau.
Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government and Public Affairs menyatakan, “Berinvestasi di bidang pendidikan sama halnya dengan berkontribusi untuk membangun masa depan bangsa yang kuat di masa depan. Inilah yang mendorong Chevron mendirikan sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, untuk mengembangkan talenta-talenta berbakat dan terbaik, khusususnya di wilayah kami beroperasi.”
“Pada 2001, kami bersama pemerintah Provinsi Riau mendirikan PCR yang merupakan politeknik pertama di provinsi tersebut, untuk memberikan kesempatan bagi alumni sekolah menengah atas untuk menuntut ilmu program vokasi agar setelah lulus siap bekerja di berbagai sektor industri dan pada akhirnya membantu membangun dan berkontribusi untuk perekonomian Riau,” tambah Yanto.
Ketika didirikan, PCR menawarkan tiga program studi (prodi) yakni Prodi Elektronika, Prodi Telekomunikasi dan Prodi Teknik komputer. Kemudian ditambah dua program studi lagi yakni mekatronika dan akuntansi. Setelah satu dasawarsa, PCR memiliki sepuluh prodi yang terdiri dari lima prodi jenjang DIII dan lima prodi jenjang DIV atau setara Strata I dengan 1.500 mahasiswa. Semuanya telah terakreditasi.
Dr Hendriko ST, M.Eng, Direktur Politeknik Caltex Riau, mengatakan PCR menawarkan bentuk pembelajaran yang seimbang dan terpadu antara konsep pendidikan akademis berkualitas, prospek kesempatan kerja yang luas serta kehidupan sosial budaya yang sinergis.
Hendriko berharap para alumni PCR menjadi para praktisi yang berkualitas dalam bidang teknologi terapan dan dilengkapi kompetensi di bidang pengetahuan, ketrampilan, dan karakter.
Prestasi PCR sudah cukup diakui dan diapresiasi baik di Riau maupun di tingkat nasional dan regional. Sejumlah perusahaan lokal, nasional, maupun multinasional terkemuka telah melakukan penjaringan tenaga kerja di kampus PCR.
Tidak hanya itu, kualitas pembelajaran juga terlihat dengan prestasi mahasiswa PCR yang membanggakan di tingkat regional dan nasional. “PCR dipercaya sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK) Bidang Telematika oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan sebagai Testing Center bidang Tekonologi Informasi oleh Pearson Vue,” kata Hendriko.
Lebih penting lagi, kehadiran PCR dirasakan sebagai jalan menuju tercapainya Visi Riau 2020, yakni sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan Melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin, di Asia Tenggara, serta Visi Pembangunan Nasional Indonesia 2005-2025, yaitu mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur.