Jakarta-TAMBANG. PT Supreme Energy memulai proses konstruksi pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) berskala 80 Megawatt (MW) di Muara Laboh, Solok Selatan, Sumatra Barat. Hal ini diterangkan oleh Senior Manager Business Relations Supreme Energy, Ismoyo Argo saat ditemui di Workshop Panas Bumi yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Energi Baru,Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE).
Ia mengatakan bahwa proses konstruksi sudah dimulai sejak Maret dan pengeboran sumur eksploitasi direncanakan akan dimulai bulan Mei 2017. “Proses konstruksi dan pengeboran berlangsung selama kurang lebih 24 bulan sejak Maret lalu. Targetnya 2019 sudah menyalurkan listrik ke PLN sebesar 80 MW,” katanya.
Ismoyo juga menjelaskan nantinya akan ada 13 sumur yang dibor untuk mengejar target energi sebesar 86 MW (gross), dengan rincian 6 MW digunakan untuk keperluan listrik perusahaan dan 80 MW (nett) disalurkan secara komersil ke PLN dalam jangka waktu 30 tahun. Untuk proses pengeboran eksploitasi dilakukan dengan dua rig, yang pertama di bulan Mei untuk tujuh sumur, dan tahap dua pada Agustus untuk enam sumur.
Mengenai dana investasi, Ismoyo menuturkan perusahaan mengalokasikan kurang lebih US$600 juta. Dari total dana tersebut, US$ 150 juta untuk proses eksplorasi dan US$450 juta untuk kegiatan konstruksi pembangkit. Khusus untuk kegiatan kontruksi, Supreme Energy mendapat pinjaman dari Japan Bank for International Cooperation, Asian Development Bank (ADB) dengan dana dari Leading Asia’s Private Infrastructure Fund dengan tenor 15 tahun.
Inisiasi dilakukan ADB, Japan International Cooperation Agency (JICA) dan bank komersial Jepang, Mizuho Bank, Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation. Ismoyo menambahkan, setelah proyek PLTP fase 1 tersebut rampung, Supreme Energy juga berencana untuk menggarap fase 2 dengan kapasitas sekitar 140 MW.