Jakarta-TAMBANG. Pemerintah pada April 2014 lalu sudah melakukan peletakan batu pertama proyek pembangkit listrik tenaga biomassa di Kabupaten Bangli, Bali. PLT Biomassa yang menggunakan bambu sebagai sumber energinya akan menghasilkan listrik dengan kapasitas 8,5 MW.
General Electric menjadi salah satu perusahaan yang memasok teknologinya. Made Wahyu Wiratma, Direktur Strategi dan Pertumbuhan GE Distribusi Power mengatakan, meskipun sedang dalam tahap pembangunan, pembangkit itu tetap memiliki tantangan yakni jaminan pasokan sumber energinya.
Saat ini, kata Made, pasokan bambu memang aman dengan nilai yang ekonomis namun di masa depan hal itu bisa saja berubah. “Tata niaga bahan baku harus diatur. Perusahaan daerah juga harus menjamin kesediaan bahan baku,” ujarnya di Jakarta, Kamis (11/12).
Sebagai informasi, penggunaan bahan baku limbah bambu pada PLT Biomassa ini dikarenakan bambu di Bangli tumbuh dan berkembang dengan cepat di seluruh desa diatas luas lahan sekitar 6.034,80 Ha.
Pemerintah berharap, pemanfaatan bambu ini diharapkan dapat semakin mendorong pembangunan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan bambu secara optimal. Mulai bagian yang bisa dikembangkan secara produktif sampai limbah yang selama ini dipandang sebagai sampah yang hanya mengotori lingkungan.
PLT Biomassa tersebut dikembangkan atas kerja sama PT Charta Putra Indonesia, Pemda Kabupaten Bangli, dan PT (PLN) Persero. Nilai investasi proyek ini sebesar Rp 10 miliar. Made mengatakan, PLT Biomassa itu akan menjadi pembangkit pertama yang menggunakan teknologi gasifikasi secara penuh.
“Targetnya bisa selesai secepat mungkin. Tapi sebelum itu kita harus selesaikan dulu soal PPA nya dengan PLN apalagi tariff biomassa kan sudah diubah,” ungkapnya.