Jakarta, TAMBANG – PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) prioritaskan membangun pembangkit listrik tenaga angin dan air. Ini untuk memenuhi target 23 persen pemerintah, membangun pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT),hingga 2025 mendatang.
Prioritas itu tertuang dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2017 PLN.
“Rencana alokasi EBT sudah clear ada dalam buku RUPTL itu. Yang cukup signifikan jenis intermittent, maksudnya Solar PV (surya) dan wind (bayu/angin),” kata Direktur Perencanaan Korporat PLN, Syofvi Felienty, di Jakarta, Rabu (28/3).
RUPTL juga mencatat, PLN akan membangun pembangkit EBT dengan kapasitas 2000 Mega Watt (MW) untuk 10 tahun mendatang. Kata Syofvi, pihaknya akan membagi-bagi total kekuatan 2000 MW itu, dibagi berdasarkan lokasi ataupun waktu masuknya di seluruh sistem PLN.
“Yang cocok untuk jenis wind itu ada di Sulawesi dan sebagian di Kalimantan. (Sementara) Solar PV akan dialokasikan per provinsi,” jelas Syofvi.
Khusus Solar PV, Kini PLN sedang membangun Solar PV Floating di Cirata yang mampu menyumbang tenaga hingga 200 MW.
Selain itu, Syofvi juga menyebut pihaknya sudah mendirikan anak usaha yang khusus membidangi energi panas bumi (Geothermal), yaitu PLN GG (Gas dan Geothermal). Sejauh ini, PLN sudah mengantongi delapan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).
“PLN sudah mendapatkan 8 WKP, 3 sedang dalam proses (produksi),” ungkap Syofvi.
PLN GG juga nantinya akan didorong untuk mengembangkan EBT lainnya. Hanya saja, yang nampak realistis adalah pembangkit tenaga hidro.
“Kemudian adapun untuk dalam bentuk renewable yang lain seperti hidro dan sebagainya, memang sebagian besar hidro,” pungkas Syofvi.