Jakarta,TAMBANG,- Cofiring menjadi salah satu langkah mengurangi pemanfaatan sumber energi fosil khusus batu bara di pembangkit listrik. PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) selama ini telah secara konsisten mendorong cofiring di beberapa PLTU dengan beragam bahan baku. Kali ini bertempat di Kabupaten Ciamis telah dilakukan pengiriman perdana serbuk limbah aren untuk uji bakar cofiring di PLTU Indramayu, Senin (12/2).
Acara pengiriman perdana untuk uji bakar itu digelar di Dusun Sarayuda, Desa Kertaharja, Cijeungjing, Ciamis. Acara itu dihadiri Camat Cijeungjing, Iyus Sunardi, Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko; Staf Khusus KSAD, Brigjen TNI Amping Bujasar Tangdilintin; perwakilan dari PLN Nusantara Power, Wahyu Alghifari Puspito; Perwakilan dari PT Pondok Hijau Energi, Muspika Cijeungjing, dan tamu undangan lainnya.
Iyus di kesempatan itu, mengucapkan terima kasih pada PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) yang mencoba memanfaatkan limbah aren untuk Co-Firing. Ia menjelaskan bahwa di daerahnya terdapat belasan pabrik pengolahan tepung aren. Pengolahan itu menghasilkan limbah yang selama ini ditumpuk begitu saja di area dekat pabrik, hingga tampak menggunung dengan ketinggian lebih dari 10 meter.
Ia menjelaskan selama ini sudah berupaya menangani limbah pengolahan tepung aren dengan menggandeng berbagai pihak. Namun, penanganan limbah tersebut belum maksimal. Buktinya, di Dusun Sarayuda hingga saat ini masih terdapat belasan titik tumpukan limbah pengolahan tepung aren.
“Pengolahan tepung aren di sini sudah puluhan tahun. Upaya dari berbagai pihak dan stakeholder untuk menangani persoalan limbah aren selama ini belum maksimal. Oleh karena itu kami sangat bersyukur dan mengapresiasi PLN EPI, PLN Nusantara Power, dan mitranya yakni PT Pondok Hijau Energi. Semoga, ini menjadi solusi penanganan limbah pengolahan tepung aren yang sudah jadi persoalan selama puluhan tahun,” terang Iyus.
Selain itu, Ia juga mengaku sangat senang karena bukan hanya persoalan limbah saja yang akan tertangani. Menurutnya, ada hal lain yang tak kalah penting, yakni adanya aktivitas ekonomi tambahan yang melibatkan masyarakat dan UMKM serta kontribusi pada pengurangan emisi. “Jika masyarakat diberdayakan, ada perputaran ekonomi rakyat di pedesaan sekaligus turut mencegah pemanasan global, semoga program ini akan sustain,” tandasnya.
Sementara Staf Khusus KSAD, Brigjen TNI Amping Bujasar Tangdilintin menegaskan, pihaknya sangat mendukung pemanfaatan serbuk limbah tepung aren sebagai sumber energi terbarukan untuk cofiring PLTU. Menurutnya, saat ini dunia tengah menghadapi persoalan yang sama, yakni ancaman pemanasan global, bukan hanya Indonesia.
Oleh karena itu, semua pihak harus bahu membahu untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) yang sudah dicanangkan Pemerintah. Satu diantara cara yang paling efektif, kata dia, adalah cofiring PLTU yang dilakukan PLN dengan memanfaatkan energi terbarukan biomassa.
Ditambahkan pula, pemanfaatan serbuk limbah pengolahan tepung aren juga sebagai bukti jika program cofiring biomassa tidak membabat hutan justru jadi salah satu solusi dalam menangani pencemaran lingkungan dari limbah. “Kami sangat mendukung program pengurangan emisi yang dilakukan PLN dan pemerintah karena pemanasan global adalah ancaman nyata yang sedang dihadapi dunia. Kami harap, pemanfaatan limbah pengolahan tepung aren ini bisa berkontribusi dalam upaya Pemerintah mencapai NZE,” tegasnya.
Hal senada juga dikatakan Direktur Biomassa PLN EPI, Antonius Aris Sudjatmiko. Pada kesempatan itu Antonius menerangkan limbah pengolahan tepung aren yang sudah ditumpuk selama puluhan tahun tersebut akan menghasilkan gas metana. Menurut dia, dalam hal emisi gas rumah kaca, metana berkali-kali lipat lebih berbahaya dibandingkan CO2.
“Terlebih, dalam rantai pasok biomassa selalu melibatkan masyarakat sekitar jadi akan ada sirkular ekonomi. Dampak lainnya, tentu saja adalah pengurangan emisi untuk mencapai NZE seperti yang dicanangkan Pemerintah,” ucapnya.
Dijelaskan Antonius, uji bakar adalah fase awal sebelum dilakukan implementasi cofiring di PLTU. Nantinya, hasil uji bakar akan dianalisa lebih dulu sebelum akhirnya diputuskan apakah serbuk limbah pengolahan tepung aren bisa digunakan langsung atau perlu diolah lebih lanjut untuk implementasi cofiring PLTU.
Di sisi lain ia menambahkan, selain memanfaatkan lahan kritis untuk penanaman pakan ternak dan sumber biomassa, saat ini PLN EPI sedang mengembangkan program Socio Tropical Agriculture-waste Biomassa atau STAB yang memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan seperti limbah padi, limbah bagasse tebu, limbah sagu termasuk limbah aren. Program STAB diluncurkan bersama Kemenko Marves pada COP 28 di Dubai akhir tahun lalu.
“Dalam perjalannya, kami melihat adanya mukzijat dari sumber biomassa untuk cofiring PLTU yang berasal dari penanaman lahan kritis dan juga pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan karena memiliki banyak dampak positif dari sisi lingkungan, penciptaan lapangan kerja dan ekonomi kerakyatan baru di pedesaan sekaligus sebagai sumber energi terbarukan baseload karena digunakan bersamaan di PLTU,” tandasnya.
Sebagai Sub Holding yang bertugas menjaga rantai pasok energi primer di Indonesia, PLN EPI berupaya memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian, perkebunan, dan kehutanan yang cukup besar di mana selama ini belum termanfaatkan maksimal. Apalagi, di tahun 2024 ini PLN Grup telah mencanangkan implementasi teknologi co-firing biomassa di 43 PLTU. Bahkan akan mencapai 52 PLTU di tahun 2025