Jakarta, TAMBANG – PT Petrosea meraih laba bersih tahun buku 2017 hingga USD8,23 juta atau setara Rp111 miliar. Dari perolehan itu, sekitar Rp60 miliar atau 54,6 persen ditebar sebagai deviden kepada para pemegang saham.
Soal pendapatan, Petrosea mengalami peningkatan hingga 24,12 persen dari USD209 juta pada 2016 jadi USD259 juta pada 2017. Kontribusi terbesar berada di lini bisnis kontrak pertambangan dan rekayasa konstruksi. Selain itu, juga ditopang oleh efektifitas beban administrasi.
“Sekalipun kondisi membaik dengan cepat, kami tetap fokus pada implementasi upaya efektifitas biaya di lokasi operasional. Serta mengintensifkan diservikasi usaha,” kata Direktur Utama Petrosea, Hanifa Indradjaya, saat konferensi pers seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan, Senin (16/4).
Maksud kondisi membaik, ialah kondisi harga batu bara yang sedang prima. Kata Hanifa, produksi batu bara Petrosea di tahun 2017 meningkat 74 persen dari 14 juta ton di tahun sebelumnya menjadi 24 juta ton. Terbukti, dari sektor ini, kontribusi pendapatan mencapai USD171 Juta.
Di sektor jasa logistik dan pendukung kegiatan minyak dan gas bumi, pendapatannya mencapai USD70,24 Juta. Naik tipis dari tahun sebelumnya yang bertengger di angka USD70,12 Juta.
Soal belanja modal atau Capital Expenditure (Capex) 2018, Petrosea mencanangkan hingga USD112,6 Juta. Lalu bagaimana rinciannya ?
“Capex kita secara total itu USD112,6 Juta. Di antaranya penambahan kapasitas baru sebesar USD58,9 Juta. Replacement atau penggantian sebesar USD18,8 Juta. Untuk komponen peremajaan alat sebesar USD35 Juta,” papar Direktur Keuangan Petrosea, Romi Novan Indrawan.
Capex ini meningkat hampir dua kali lipat apabila dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mencapai USD78,3 Juta.
Sebagai informasi, Petrosea merupakan perusahaan multi-disiplin. Keunggulannya ialah menyediakan jasa pertambangan Terpadu pit-to-port, rekayasa dan konstruksi sekaligus logistik. Petrosea bagian dari perusahaan besar, Indika Energy Group yang kepemilikan sahamnya mencapai 98 persen lebih.