Jakarta-TAMBANG.Jika sebelumnya Perusahaan migas asal Cina ini hanya menggarap bisnis di sektor hulu maka ke depan PetroChina siap masuk ke bisnis hilir. Hal ini dilakukan dengan tujuan memperkuat keberadaan perusahaan di Indonesia. PetroChina sudah beroperasi di Indonesia selama 15 tahun.
“Kantor pusat sudah memberikan arahan agar mencoba diskusi dengan pemangku kepentingan di Indonesia mengenai peluang bisnis tidak hanya hulu (upstream) tetapi juga di hilir (downstream),” demikian terang Vice President Kemitraan dan Hubungan Pemerintah PetroChina Indonesia Budi Setiadi saat buka puasa bersama Media beberapa waktu lalu.
Budi mengakui saat ini PetroChina membuka peluang dengan berbagai pihak untuk mengembangkan bisnis migas di Indonesia termasuk dengan Pertamina. “Kami coba berdiskusi dengan Pertamina tidak cuma soal pengelolaan blok migas tetapi juga di sektor hilir seperti kilang dan petrokimia,”jelas Budi.
Dalam kesempatan itu, Budi juga menjelaskan alasan PetroChina ingin terjun ke sektor hilir migas. Menurutnya yang dilakukan perusahaan sejalan dengan perkembangan perusahaan yang sudah cukup lama beroperasi di Indonesia.
Langkah tersebut juga sebagai komitmen PetroChina tetap mengembangkan bisnis di Indonesia kendati industri migas sedang lesu akibat harga minyak yang rendah. “Kendati harga minyak masih di kisaran US$45 per barel, kami tetap ingin berkontribusi dalam kegiatan migas nasional,” ujarnya. Indonesia juga sebenarnya sedang membangun bisnis hilir di sektor migas.
Meski demikian sektor hulu tetap menjadi prioritas utama. Saat ini perusahaan terus berupaya meningkatan produksi. Hal yang dilakukan menurut Budi, PetroChina terus mencari blok migas baru seiring akan berakhirnya kontrak blok Tuban pada 28 Februari 2018. Jika ada wilayah kerja yang menarik dan ekonomis, akan dipertimbangkan untuk diakuisisi.
“Kami sudah melakukan pembicaraan awal dengan Pertamina yang menjadi mitra perseroan di Tuban, bicara secara business to business, apa bisa masuk lagi,” kata Budi.
Wilayah kerja blok Tuban Jawa Timur dimiliki oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java sebesar 50%, Petrochina International Java 25% dan PT Pertamina Hulu Energi Tuban sebesar 25%. Pada awal tahun ini, pemerintah sudah memutuskan untuk memberikan pengelolaan blok Tuban kepada Pertamina dengan rezim “gross split”.
Untuk memperbesar cadangan, PetroChina aktif melakukan eksplorasi di wilayah kerja Jambi serta melakukan kegiatan seismik sepanjang 320 kilometer. “Bahkan kami baru saja menemukan cadangan baru Sumur Tiung-3 serta melakukan tajak sumur eksplorasi di Jambi,” jelas Budi lagi.
Budi mengatakan, pada 2017 PetroChina menargetkan produksi 80.000-85.000 BOEPD. Angka ini turun dari 2016 sebesar 90 BOEPD seiring lesunya industri. “Ini normal dan natural, karena industrinya memang sedang lesu,” jelas Budi.