Jakarta – TAMBANG. Perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) mengeluhkan mahalnya harga peralatan pembangkitnya. Mengingat hingga saat ini peralatan tersebut masih harus diimpor. Senior Representative Management Star Energy, Sanusi Satar juga menyatakan bahwa Star Energy berminat untuk mengikuti tender 25 wilayah kerja panas bumi dari pemerintah sebesar 1.180 (MW) pada tahun 2015 nanti. Apalagi saat ini tarif listrik dari PLTP sudah cukup bagus.
Sanusi juga yakin, dari sisi pendanaan perusahaan tempatnya berkarir juga tidak akan mengalami kesulitan. Hanya saja, Sanusi meminta, pemerintah bersedia memberikan insentif yang diperlukan agar pengembang listrik swasta bersemangat membangun PLTP. Salah satu insentif yang diminta adalah pembebasan pajak impor. Pasalnya, nyaris semua peralatan pembangkit panas bumi harus impor.
“Investasi awal pasti sangat besar. Kami berbeda dengan industri migas yang mendapatkan cost recovery,” katanya.
Saat ini Star Energy memiliki dua wilayah kerja panas bumi, yakni di PLTP Jailolo berkapasitas 10 MW di NTT dan PLTP Wayang Windu berkapasitas 227 MW.
General Manager Policy, Government and Public Affair PT Chevron Geothermal Indonesia (CGI) Paul Mustakim menyatakan, pihaknya tertarik dengan wilayah kerja panas bumi (WKP) yang memiliki potensi listrik besar dan bagus dalam pengembangannya. Ia memastikan, Chevron akan mengikuti tender 25 wilayah kerja panas bumi itu.
“Nanti kami akan melihat lebih dulu WKP mana yang akan ditenderkan, dokumen yang diperlukan, kualitas WKP seperti apa,” imbuhnya.
Sebelumnya, CGI telah memenangkan tender WKP Gunung Ciremai yang digelar Pemda Jawa Barat dengan kapasitas 2×55 MW. Rencananya PLTP Ceremai akan beroperasi pada 2020 nanti dengan investasi US$ 390 juta sampai US$400 juta. Di sisi lain, CGI juga sudah mengembalikan WKP Souh Sekincau dengan potensi 220 megawatt (MW).
Berdasarkan hasil lelang, listrik dari PLTP Suoh Sekincau dijual CGI sebesar US$ 6,9 sen per kilowatt hour (kWh) kepada PLN. Namun, pengembangan dihentikan karena CGI tidak menemukan cadangan uap yang ekonomis untuk diteruskan.
Sementara itu, Kepala Hubungan Masyarakat PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) Hendi Suhendi menuturkan, PGE belum berminat untuk mengikuti tender. Sebab, PGE masih fokus mengembangkan delapan WKP yang sudah ditangan.