Jakarta,TAMBANG – Pemanfaatan energi bersih menjadi pilihan di tengah ancaman pemanasan global. Secara perlahan, di negara-negara maju, konsumsi energi fosil mulai dikurangi. Meski saat ini Indonesia masih didominasi oleh energi fosil, tapi geliat transisi ke energi terbarukan tak pernah surut.
Dalam kebijakan bauran energi, ditetapkan pada tahun 2025 porsi energi terbarukan sebesar 23%. Untuk mencapai target tersebut, panas bumi menjadi sektor andalan, dengan target kapasitas terpasang sebesar 7 ribu megawatt.
PT Pertamina (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ingin menjadi garda terdepan dalam mewujudkan target tersebut. Sejak tahun 2012, Pertamina mencanangkan misi transformasi. Dari semula hanya bergerak di bidang minyak dan gas bumi, kemudian beralih menjadi perusahaan energi yang lebih luas, berekspansi ke lini energi bersih.
“Sebagai BUMN, Pertamina memiliki peran strategis untuk keberlangsungan suplai energi nasional. Salah satunya dengan terus berupaya menjamin ketersediaan energi, baik dari sumber minyak dan gas bumi, maupun pengembangan sumber energi baru terbarukan,” ujar Direktur Hulu Pertamina, Dharmawan H Samsu, Selasa (12/11).
Pertamina berekspansi di sektor panas bumi lewat anak usahanya, PT Pertamina Geothermal Energi (PGE). Sejauh ini, PGE menduduki 94% kapasitas terpasang di Wilayah Kerja (WK) geothermal nasional. Dari jumlah tersebut 32% mengoperasikan sendiri, dan 62% dalam bentuk Joint Operations Contract (JOC).
Melalui rencana jangka panjang sampai tahun 2026, Pertamina memasang target kapasitas terpasang own operation panas bumi yang melonjak hampir dua kali lipat, dari semula sebesar 672 megawatt menjadi 1.112 megawatt. Rencana tersebut diiringi kucuran investasi mencapai USD 2,68 miliar.
“Kami akan terus meningkatkan produksi dan mengupayakan potensi panas bumi yang melimpah di Indonesia untuk mewujudkan ketahanan energi nasional di masa depan,” tutur Dharmawan.
Di tempat terpisah, Direktur Utama PGE, Ali Mundakir membeberkan rincian lokasi dan kapasitas pembangkit panas bumi yang dioperasikan PGE. Meliputi pembangkit Kamojang (235 megawatt), Ulubelu (220 megawatt), Lahendong (120 megawatt), Karaha (30 megawatt) dan Sibayak (12 megawatt).
“Dengan tambahan 55 megawatt dari pembangkit Lumut Balai Sumatera Selatan, maka total kapasitas terpasang 672 megawatt.” tambah Ali.
Di luar itu, PGE juga sedang menginisiasi eksplorasi di tiga titik proyek, yaitu proyek Seulawah, Aceh, Proyek Gunung Lawu, Jawa Tengah, dan Proyek Hululais Extension Bukit Daun, Bengkulu.
Meski hingga kini pengembangan energi bersih masih dinilai menelan investasi tinggi, dan harga jualnya tergolong belum kompetitif, sehingga membuat perusahaan lain masih ragu melangkah, Tapi Pertamina memulai, menjadi perusahaan garda terdepan panas bumi.