Jakarta-TAMBANG. Pertamina EP Asset 3, unit operasional PT Pertamina EP, menargetkan produksi minyak 11 ribu barel per hari pada akhir 2017. Target produksi tersebut akan ditopang dimulainya pengembangan Lapangan Bambu Besar pada Oktober mendatang.
Wisnu Hindadari, General Manager Pertamina EP Asset 3, mengatakan per Juli 2017 rata-rata produksi minyak Pertamina EP Asset 3 sekitar 10 ribu bph. “Dengan sejumlah sumur pengembangan diharapkan hingga akhir tahun ini produksi minyak bisa meningkat menjadi 11.000 bph,” ujar Wisnu di Subang, Jumat (25/8).
Selain minyak, Pertamina EP Asset 3 juga memproduksi gas yang hingga Juli mencapai 300 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
Wisnu mengatakan produksi Pertamina EP Asset 3 berasal dari tiga lapangan, Field Tambun, Subang dan Jatibarang. Tambun berkontribusi 2.200 bph minyak dan 50 MMSCFD gas; Subang menyumbang 1.709 bph minyak dan 200 MMSCFD gas. Serta Jatibarang Field menyumbang 6.000 bph dan gas 50 MMSCFD. “Secara volume minyak lebih besar, namun untuk kontribusi pendapatan gas yang besar. Bahkan berkontribusi hingga 80%,” kata dia.
Menurut Wisnu, kontribusi produksi Asset 3 terhadap induk usaha, yakni PT Pertanina EP tergolong kecil. Namun kontribusi produksi gas kepada induk usaha di peringkat kedua setelah Asset 2 dengan kontribusi terbesar dari Prabumulih Field. Pertamina EP dalam membagi wilayah operasinya menjadi lima Asset.
“Untuk pendapatan, kontribusi Asset 3 di urutan kedua. Sumbangan pendapatan Asset 3 ke induk usaha Pertamina EP bisa mencapai 20%- 25%, ” kata dia.
Armand Mel Hukom, Field Manajer Pertamina EP Asset 3 Subang, mengatakan Subang Field tengah mengembang sumur eksploitasi di lapangan Bambu Besar dan akan dieksekusi pada Oktober 2017, lebih awal dari perkiraan 2018.
“Ada satu lapangan Bambu Besar sudah masuk tahapan plan of development (POD), seharusnya pada akhir 2017 atau 2018 baru dapat POD. Namun, Alhamdulillah kita akan dieksekusi pada Oktober,” kata dia.
Selain itu, Fiield Subang juga tengah mengembangkan pemboran sumur di Jatiasri sebanyak tujuh titik hingga 2018. Namun, lima sumur akan direalisasikan tahun ini.
Menurut Armand, dengan pemboran dua lapangan pengembangan ini diharapkan produksi Field Subang hingga akhir 2017 mencapai 2.000 bph dari saat ini 1.709 bph dan gas 200 MMSCFD atau relatif tetap dari saat ini.
Tidak hanya Subang, Jatibarang Field juga terus berupaya melakukan peningkatan produksi minyak dan gas melalui beberapa strategi dan program, salah satunya dengan menggunakan teknologi baru, underbalance drilling. Teknologi baru tersebut digunakan pada Struktur Jatibarang.
Lapangan Jatibarang merupakan lapangan tua yang telah ada sejak tahun 1972, terdiri dari lapangan Onshore dan Offshore. Untuk lapangan Onshore terdiri dari beberapa 9 struktur yaitu Struktur Jatibarang, Sindang, Karangbaru, Randegan, Cemara,Tugu Barat, Gantar, Waled Utara, Kandanghaur dan 1 struktur X-ray untuk lapangan Offshore.
Herman Rachmadi, Jatibarang Field Manager, mengatakan sudah sewajarnya sumur migas akan mengalami penurunan produksi. Upaya Pertamina EP Jatibarang Field dalam menahan laju penurunan ini adalah dengan melakukan program stimulasi pada sumur-sumur yang mengalami permasalahan scalling (endapan) dan kenaikan kadar air seperti pada Struktur Akasia Besar dan Jatibarang.
“Hal lain yang telah dilakukan yaitu melaksanakan program perawatan pada sumur-sumur yang mengalami problem pada artificial lift,” kata Herman.
Saat ini rata-rata produksi harian Jatibarang adalah 5.500 BOPD. Struktur yang berkontribusi besar untuk Jatibarang Field yaitu Struktur X-Ray dengan produksi sebesar 2.100 BOPD dan Struktur Jatibarang dengan produksi sebesar 1.000 BOPD.