Cirebon-TAMBANG. Pertamina EP Asset 3 Jatibarang, Cirebon, Jawa Barat, gagal mencapai target produksi minyak dan gas di tahun ini lantaran rendahnya harga minya mentah.
Manager Petroleum Engineering Pertamina EP, Catherine Febriyana mengatakan dampak dari turunnya harga minyak mentah dunia tentu mengganggu kegiatan eksploitasi dan pemboran, bahkan ada yang terpaksa dihentikan.
Penghentian itu, ujarnya, terpaksa diambil lantaran dari hitung-hitungan timnya angka yang harus dikeluarkan tak sebanding dengan hasil yang diperoleh. Untuk mengebor satu sumur, dana investasi yang harus dikeluarkan mencapai US$4 juta. Sementara, untuk biaya produksi sebesar US$21-28 per barel.
“Tahun ini, tidak begitu menggembirakan karena harga minyak turun jadi membebani biaya operasional. Selain itu, ada beberapa program pemboran juga terhenti. Sehingga produksi lebih ke optimasi sumur eksisting. Kita lakukan well intervention yg ada,” bebernya pekan lalu, Jumat (17/12).
Catherine bercerita, semenjak harga minyak merosot, perseroan mulai melakukan efisiensi di beberapa lini seperti menekan biaya operasional, juga mengurangi biaya kedinasan.
Hingga pertengahan Desember 2015, realisasi produksi minyak mencapai 7.979 barrel oil per day (BOPD) hanya 84,27% dari target produksi sebanyak 9.472 BOPD. Sementara itu, realisasi produksi gasnya 68,53 MMSCFD atau 97,1% dari target 70,57 MMSCFD. Pada 2016, Pertamina EP Jatibarang menargetkan minyak sebanyak 9.000 BOPD, sedangkan untuk gas sebanyak 70 mmscfd.
Pertamina EP Asset 3 Jatibarang memiliki 454 sumur migas yang terdiri atas 178 sumur yang berproduksi, 34 sumur yang diinjeksi, 216 sumur yang sudah tidak berproduksi, dan 26 sumur kering.