Jakarta, TAMBANG – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) siap mensukseskan re-industrialisasi Indonesia sebagai kunci utama Indonesia Emas 2045. Hal tersebut disampaikan Ilham Akbar Habibie usai dilantik sebagai Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia 2024-2027.
“Untuk melakukan re-industrialisasi, dibutuhkan sangat banyak peran insinyur. PII akan terus berkolaborasi dengan pemerintah dan berbagai pihak, berperan aktif mendukung upaya- upaya menumbuhkan industri di tanah air,” jelas Ihlam Akbar Habibie dilansir Selasa (21/1).
Ilham Habibie menjelaskan, salah satu modal penting dalam re-industrialisasi adalah para insinyur profesional. Negara- negara yang berhasil melakukan industrialisasi memiliki jumlah insinyur yang cukup signifikan.
“Misalnya saja Vietnam yang memiliki 9.000 orang insinyur per satu juta penduduk, bahkan Korea Selatan memiliki 25.000 insinyur per satu juta penduduk,” ungkap Ilham Habibie.
Sementara jumlah insinyur di Indonesia saat ini hanya sekira 2.670 orang per satu juta penduduk. Kondisi ini yang juga menjadi perhatian Persatuan Insinyur Indonesia.
“Kami berharap PII dapat mendukung pemerintah dalam upaya- upaya peningkatan jumlah insinyur Indonesia. Tidak hanya jumlah, tetapi juga peningkatan kualitasnya,” tambah Ilham Habibie.
Acara Pelantikan Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia (PP PII) periode 2024-2027 sendiri dihadiri oleh lebih dari 600 insinyur secara luring dan daring, termasuk para ketua umum periode sebelumnya.
Kepengurusan Persatuan Insinyur Indonesia di bawah kepemimpinan Dr. Ir. Ilham Akbar Habibie, MBA, IPU melibatkan para insinyur dari berbagai generasi.
“Kami berharap kolaborasi antara para insinyur berpengalaman tinggi dan para insinyur muda dengan energi besar dalam kepengurusan ini dapat membuat PII bergerak dinamis, tentu juga bersama-sama dengan pengurus PII di daerah,” jelas Ilham lagi.
Berdasarkan data dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI), Indonesia mengalami gejala deindustrialisasi dini. Sejak tahun 2014, rata-rata nilai tambah manufaktur sekitar 39,12% turun dari periode-periode sebelumnya yang memiliki nilai rata-rata 41,64%.
Kondisi tersebut memicu pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini kurang maksimal, di kisaran 5%. Padahal ke depan, Presiden Prabowo Subianto memasang target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%. Untuk dapat mengejar target pertumbuhan tersebut, perlu upaya serius untuk kembali melakukan industrialisasi (re-industrialisasi) di Indonesia.