Jakarta,TAMBANG,- Indonesia punya posisi penting dalam peta industry timah global. Negara ini merupakan salah satu produsen terbesar dunia setelah Cina. Bahkan menjadi eksportir timah terbesar dunia. PT Timah,Tbk (TINS), BUMN yang merupakan anggota MIND.ID saat ini menjadi produsen timah terbesar kedua.
Meski demikian masih ada sejumlah tantangan yang dihadapi pertambangan timah bagi di hulu maupun di hilir. Ini juga yang disampaikan Direktur Operasi PT Timah,Tbk Nur Adi Kuncoro yang menyebutkan bahwa melihat pertambangan timah harus menyeluruh dari hulu sampai ke hilir.
“Di hulu mulai dari eksplorasi, penambangan sampai pengolahan. Tata niaga timah masih menjadi tantangan yang harus dicarikan solusi”terang Nur Adi Kuncoro saat menyampaikan sambutan pembukaan Focus Group Discussion tentang hilirisasi timah.
Kegiatan ini dilaksanakan Kemenko Perekonomian ini mengusung tema; “Hilirisasi komoditas timah untuk peningkatan nilai tambah, peningkatan penerimaan negara dan daya tahan ekonomi”. PT Timah,Tbk menjadi tuan rumah dari kegiatan yang melibatkan seluruh stakeholder timah.
Nur Adi di kesempatan itu menyebutkan bahwa saat ini konsumsi logam timah dunia mencapai 370 ribu ton per tahun. Jika dilihat dalam rentang 10 tahun terakhir menunjukkan trend yang terus meningkat dari tahun ke tahun. “Dari data, dalam periode 10 sampai 20 tahun sebelumnya, konsumsi dan produksi logam timah ada di kisaran 270 ribu ton per tahun. Sekarang sudah ada diposisi 379 yang berarti selama 10 sampai 20 tahun ada peningkatan 100 ton per tahun,”terang Nur.
Ia kemudian menjelaskan bahwa timah dibutuhkan oleh industri semi konduktor, elektronik dan hihgtech lainnya. “Dari sisi makro produksi dunia dapat dilihat produksi logam timah Indonesia ada dikisaran 80 sampai 100 ribu ton per tahun artinya 30 persen dari produksi dunia. Ini menjadi peluang Indonesia untuk lakukan kegiatan produksi dan hilirisasi. Dari jumlah tersebut, PT Timah menguasai kurang lebih 9 sampai 10 persen produksi dunia,”terang Nur Adi.
Kondisi berbeda dimana konsumsi dalam negeri sejauh ini ada di kisaran 5-8%. Ini menurut Nur Adi merupakan tantangan bagi peningkatan produk hilir. Anak Usaha MIND.ID sendiri sudah melakukan kegiatan hilirisasi lewat anak usahanya, PT Timah Industri. Perusahaan yang beroperasi di Cilegon ini mengolah logam timah menjadi tin chemical, tin solder dan produk lainnya.
“Ini merupakan strategi untuk mendapatkan dapat nilai tambah. Di sisi lain, timah Industri juga diharapkan mampu meningkatkan produksi, diversifikasi produk dan kolaborasi yang kuat dengan mitra strategis guna perluasan pangsa pasar dari proses pengolahan bijih timah menjadi logam dan kemudian dimurnikan menjadi produk hilir,”lanjut Nur Adi.
Sementara Herry Permana, Asisten Deputi Minyak dan Gas, Pertambangan dan Petrokimia, Deputi Koordinator Bidang Pengembangan Usaha BUMN, Riset dan Inovasi, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI melihat ada potensi besar dari produk tambang.
“Ada potensi yang sangat besar dari produk tambang Indonesia lewat kegiatan peningkatan nilai tambah. Namun bukan suatu yang mudah karena ada sejumlah tantangan yang harus diselesaikan. Sebut saja soal teknologi dan finansial,”terang Herry Permana.
Ia kemudian menambahkan dalam peta jalan hilirisasi timah setidaknya ada empat tahapan program yang harus dilaksanakan. Mulai dari peningkatan ketahanan cadangan dan optimalisasi produksi bahan baku untuk kegiatan hilirisasi, peningatan optimalisasi dan efisiensi industri pengolahan dan pemurnian timah. Lalu pengembangan industri pabrikasi dan manufaktur serta peningkatan TKDN,”terang Herry yang baru dilantik sebagai Asdep Asisten Deputi Minyak dan Gas, Pertambangan dan Petrokimia pada akhir Oktober silam.
Ia kemudian menambahkan aspek lain yang juga didorong adalah optimalisasi penggunaan produk dalam negeri serta pengembangan system operasi dan terakhir adalah membangun industri unggulan.
Diakhir sambutan Ia mengingatkan pentingnya kolaborasi, sinergi dan koodirnasi, saling menguatkan antara kementerian lembaga dan pemangku kepentingan lain. “Sehingga tidak ada lagi ego-sectoral yang membatasi gerak kita untuk maju. Kami berharap, MIND ID khususnya PT Timah bisa memberikan berikan kontribusi yang lebih besar lagi untuk Indonesia,”ungkapnya.
FGD dilakukan secara online dan offline. Ada sebagian pembicara yang menyampaikan presentasi secara offline dan ada juga yang online. Demikian juga peserta yang hadir ada yang offline dan ada juga yang online.
Peserta yang ikut dalam FGD ini merupakan perwakilan dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian ESDM, Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Investasi/BKPM, Kementerian KLHK, Pemerintah Propinsi Bangka Belitung, MIND ID dan PT Timah,Tbk.
Sehari sebelum kegiatan FGD, para peserta mendapat kesempatan kunjungan lapangan ke penambangan laut dengan mengunjungi Kapal Isap dan fasilitas pengolahan timah di Mentok, Kabupaten Bangka Barat. Fasilitas pengolahan timah di Mentok ini yang mengolah timah menjadi produk antara yakni tin ingot.