Jakarta – TAMBANG. Kebutuhan listrik yang terus meningkat memunculkan energi nuklir sebagai alternatif, hanya saja Indonesia masih terus menunda keputusan untuk memanfaatkannya. Kontroversi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) diwarnai ketakutan akan faktor keamanannya. Masalahnya, toh negara-negara tetangga sudah mulai melirik teknologi ini dan bahkan menarik tenaga ahli dari Indonesia.
“Hanya butuh satu pernyataan dari Presiden bahwa Indonesia go nuclear, siap nuklir, siap bangun PLTN,” tegas Yudiutomo Imarjoko pada acara bertajuk Strategi Sumber Daya Manusia BUMN dalam Memenangi MEA 2015, yang digelar di Jakarta Selatan, Selasa (2/12).
Menurut Yudiutomo, Indonesia telah siap mengaplikasikan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik. Indonesia sudah menguasai teknologinya dan dilengkapi dengan sumber daya manusia yang mumpuni. Hanya saja, pemerintah dan masyarakat kurang memberikan dukungan. Beberapa orang presiden sejak era Soeharto sampai saat ini tak pernah secara langsung mengeluarkan pernyataan dukungan. Masyarakat pun dihantui ketakutan, terutama setelah pengalaman yang menimpa reaktor PLTN di Jepang pasca gempa dan tsunami.
Ia pun heran, masih banyak orang yang ketakutan mendengar kata nuklir. Padahal, menurutnya nuklir tak semenakutkan yang dibayangkan orang-orang. “Bangsa kita ini sumber daya manusianya banyak. Tapi kalau mendengar nuklir, takut,” keluhnya.
Yudiutomo sangat menyayangkan bila saat ini pembangunan PLTN di Indonesia terhambat. Padahal, dulu justru banyak negara asing yang ikut belajar soal nuklir di Indonesia, dan saat ini sudah mengembangkan nuklir di negaranya masing-masing.
“Dulu Tiongkok datang ke Indonesia, training nuklir. Sekarang terbalik, mereka jauh lebih pintar dari pada kita,” ia berujar.
Orang-orang Indonesia yang memiliki keahlian di bidang nuklir pun akhirnya harus hijrah ke Amerika, Perancis, atau Malaysia. Bahkan tak dapat dipungkiri bila suatu hari Indonesia kalah dahulu memiliki PLTN dibanding tetangga di kawasan Asia Tenggara.
“Lama-lama dikelilingi oleh negara bernuklir, seperti Malaysia dan Vietnam. Kalau saja Singapura punya tanah, mereka akan bangun nuklir,” pungkasnya.