Jakarta, 15 Maret 2021 – Tambang bawah tanah akan menjadi solusi menipisnya jumlah cadangan mineral dan batu bara di Indonesia. Sebab, tambang terbuka yang selama ini diterapkan secara umum memiliki kedalaman yang terbatas dalam proses penambangan. Oleh karena itu, Indonesia harus bersiap memasuki era tambang bawah tanah guna melakukan optimalisasi jumlah cadangan mineral dan batubara dalam negeri.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) Rizal Kasli. Menurutnya, semakin dalamnya sebuah tambang terbuka, baik mineral maupun batu bara, maka secara ekonomis semakin tidak menguntungkan. Hal ini disebabkan nisbah kupas (stripping ratio) semakin tinggi, yakni perbandingan antara jumlah lapisan tanah penutup dengan jumlah produk tambang yang dihasilkan.
“Tidak hanya soal stripping ratio. Permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup (K3LH) juga menjadi perhatian. Seamakin dalam suatu terbuka maka tantangan teknis K3LH akan meningkat. Hasil kajian teknis dan evaluasi ekonomi pada beberapa tambang terbuka merekomendasikan batas maksimal tambang terbuka. Pada kedalaman tertentu (kedalaman transisi), maka metode tambang terbuka harus diubah menjadi tambang bawah tanah”, jelas Rizal dalam siaran persnya, Senin (22/3)
Rizal menyampaikan bahwa Indonesia harus cepat beradaptasi dan mengembangkan teknologi serta sumberdaya manusia untuk menuju operasi tambang bawah tanah alias underground mining. Langkah ini diperlukan agar industri pertambangan tetap dapat menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.
“Industri pertambangan masih sangat diperlukan guna mendukung industri lainnya dan juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Produk tambang masih sangat dibutuhkan untuk mendukung kehidupan modern saat ini dan di masa-masa mendatang. Kebutuhan bahan baku untuk industri berteknologi tinggi masih sangat tergantung kepada mineral hasil pertambangan terutama logam tanah jarang”, tegas Rizal.
Menyikapi kondisi tersebut, PERHAPI menggagas konferensi Internasional tambang bawah tanah dengan tajuk International Underground Mining Conference 2021, yang akan digelar pada 24-26 Maret 2021 secara virtual. Konfrensi tambang bawah tanah Internasional yang pertama di Indonesia ini akan mengusung tema “Optimizing Potential Resources”.
“Konfrensi ini hasil kerjasama dengan Kanada yang telah menerapkan teknologi pertambangan terbaik di dunia. Pemerintah Kanada melalui Kedutaan Besar untuk Indonesia di Jakarta mendukung penuh kegiatan konferensi bertaraf international ini sebagai ajang berbagi pengalaman dan pengetahuan. Lebih dari itu, kegiatan ini akan mengembangkan jaringan di dunia pertambangan,” ungkap Rizal.
Indonesia diharapkan dapat mengambil pengalaman dari negara maju di bidang pertambangan dan belajar bagaimana mengoperasikan tambang bawah tanah dengan efisien, aman dan selamat baik untuk karyawan, masyarakat dan lingkungan hidup.
Penerapan teknologi 4.0 di dunia pertambangan berupa autonomous dan otomation peralatan tambang, akan mengurangi risiko kecelakaan tambang. Teknologi tambang bawah tanah juga meningkatkan keselamatan dan keamanan serta mengurangi keterlibatan manusia di lokasi tambang yang berisiko tinggi. Selain itu, persyaratan standar lingkungan yang tinggi mendorong untuk semakin meningkatnya penggunaan sistim kendaraan listrik untuk kendaraan dalam tambang jika dibandingkan kendaraan yang menggunakan bahan bakar minyak.
“PERHAPI akan membuat rumusan penyelesaian terbaik dari sisi regulasi maupun bisnis. Mineral dan batu bara sebagai sumber daya alam tidak terbarukan diharapkan dapat menjadi pendorong bagi pemulihan ekonomi nasional pasca pandemic Covid-19, serta menjadi alat guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan,” tutup Rizal.