Samarinda, TAMBANG – Perhimpunan Ahli Pertambangan Perwakilan Daerah Kalimantan Timur (Kaltim) berkolaborasi dengan Ikatan Alumni Teknik Universitas Mulawarman (Unmul). Keduanya menggelar seminar nasional untuk menggodok arah kebijakan ketahanan energi Ibu Kota Negara (IKN).
Dalam sambutannya, Direktur Jenderal Mineral Dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin mengatakan, pemerintah telah menetapkan Kaltim sebagai ibu kota baru. Pembangunan IKN diarahkan menuju model kota hijau atau green city.
Untuk itu, kebijakan energi yang dicanangkan menopang IKN harus ramah lingkungan. Menurutnya, generasi muda dan ilmuwan di Kaltim mesti memetakan berbagai potensi energi baru terbarukan, yang dapat dimanfaatkan.
“Kaltim akan menjadi ibu kota baru Indonesia yang diusung dengan semangat hijau, berbasis energi bersih. Di sini kata kuncinya, ilmuwan Unmul dan generasi muda harus memikirkan arahnya ke mana, apakah mau pakai energi matahari atau air misalnya,” ungkap Ridwan saat membuka seminar tersebut, di Samarinda, Rabu (23/3).
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Unmul, Masjaya menjelaskan, Kaltim memiliki beragam potensi energi terbarukan. Mulai dari matahari, angin, air, dan pengolahan bahan bakar dari limbah perkebunan, kehutanan, serta peternakan.
“Kami terus mendorong pengembangan potensi ini lewat berbagai karya dan aktivitas di Unmul. Saat ini Unmul termasuk universitas terbaik dalam riset energi baru terbarukan di Indonesia,” ujar Masjaya.
Lebih lanjut, Ketua Perhapi Kaltim, Ahmad Helmy menyebutkan, ketahanan energi merupakan aspek penting dalam komponen produksi barang dan jasa di suatu daerah, yang ujungnya menyangkut perputaran roda ekonomi.
Saat ini, upaya pembangunan ketahanan energi yang dilakukan di Kaltim ialah hilirisasi batu bara. Selain itu, banyak juga area pascatambang yang dapat dimanfaatkan untuk instalasi panel surya.
“Harus kita cari energi terbarukan seperti surya. Ini alternatif karena Kaltim banyak lahan bekas tambang untuk energi tenaga surya,” jelasnya.
Menurut Ketua Umum Perhapi, Rizal Kasli, tantangan pengembangan energi surya soal harga yang masih sulit bersaing dengan energi yang lain. Salah satu faktor penyebabnya terkait pembebasan lahan.
Dengan adanya pemanfaatan lahan pascatambang sebagai padang panel surya, diharapkan dapat memangkas biaya investasi, sehingga harga listriknya bisa lebih terjangkau.
“Kita harus dorong agar biaya dari tenaga surya bisa lebih murah, sehingga bersaing dengan energi lainnya. Lahan bekas tambang bisa digunakan,” tuturnya.