Jakarta-TAMBANG. Pemerintah dalam hal ini Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman mempercepat pembangunan smelter mineral. Salah satunya membangun kerja sama dengan perusahaan swasta maupun lembaga non profit serta lembaga pendidikan dan penelitian. Lembaga lembaga yang akan diajak kerjasama diantaranya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan ITS Surabaya yang diyakini bisa membantu percepatan pembangunan smelter berkapasitas kecil.
Sayangnya tidak disampaikan peran dari lembaga-lembaga ini dalam mendorong percepatan investasi smelter mineral.
“Pembangunan smelter untuk mineral kita coba untuk dipercepat. Termasuk pembangunan yang baru. Nanti banyak sekali mulai 2015-2019 yang selesai dibangun dan beroperasi baik nikel, bijih besi, pasir besi dan alumunium,” ungkap Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indroyono Susilo.
Seusai rapat koordinasi membahas sektor minerba, Menko Kemaritiman memastikan bahwa tahun ini setidaknya ada tujuh smelter yang siap berproduksi. Total investasi dari keseluruhan smelter tersebut mencapai US$ 1,4 miliar. “Sudah siap beroperasi tujuh smelter baru, terdiri dari satu smelter alumunium dan enam smelter nikel,” terangannya.
Pemerintah menurut Indroyono akan mendorong investasi smelter karena dengan adanya smelter ada manfaat nilai tambah yang diperoleh Indonesia dari proses pengolahan mineral. Selain itu untuk jangka panjang akan bermanfaat dalam meningkatkan nilai ekspor nasional.
“Dengan membangun smelter, bisa mengolah bijih di dalam negeri. Itu nilai tambah tinggi sekali. Bijih nikel kalau kita jual mentah 50 juta ton harganya US$ 2 miliar, tetapi kalau kita olah di dalam negeri itu, empat juta ton menghasilkan US$ 1 miliar,” kata Indroyono.