Jakarta-TAMBANG- Pemerintah India di bawah Perdana Menteri Narendra Modi, mengeluarkan kebijakan membuka keran pelaku ujsaha swasta India untuk melakukan kegiatan pengusahaan batu bara dan mengoptimalkan potensi batu bara di daerah tersebut. Dengan kebijakan tersebut, impor batubara dari Negeri Boliwood tersebut akan berkurang. Kebijakan itu juga akan berdampak kepada batu bara Indonesia, karena dalam beberapa tahun terakhir, India adalah salah satu pasar utama batu bara Indonesia. Kebijakan itu, tentu akan menggerus dan mengurangi ekspor batu bara Indonesia.
“Kita khawatir, tetapi tidak terlalu berlebihan,” demikian disampaikan Jeffre Mulyono, Presiden Direktur PT Pesona Katulistiwa Nusantara (PKN), ketika dihubungi majalah Tambang (Senin, 18/01/2015).
Meski menelorkan kebijakan swastanisasi, namun karakteristik batu bara India, merupakan batu bara dengan kadar abu tinggi. Dengan kondisi demikian, India masih tetap membutuhkan batu bara dari tempat lain, yaitu batu bara dengan kadar abu rendah. Sehingga India masih akan tetap membutuhkan batu bara kadar rendah, khususnya dari Indonesia, untuk mencampur (blended) dengan batu bara setempat.
“Jadi, ketergantungan batu bara khususna dari Indonesia, tetap ada, walaupun dari sisi kuantitas akan berkurang,” imbuhnya lagi.
Pada sisi lain, India juga sedang gencar membangun pembangkit untuk memenuhi industrinya. Pemnehuhan pembangkit untuk industri tersebut, belum bisa dipenuhi oleh sumber lain selain batu bara. Dengan kondisi ini, ia akin, kebutuhan batu bara India masih besar, termasuk dari Indonesia. Sehingga untuk jangka pendek dan menengah, kebutuhan batu bara India dari Indonesia, belum akan mengalami pergeseran yang signifikan.
Untuk jangka panjang, mungkin perlu dipikirkan lagi, terutama ketika India sudah mulai memanfaatkan potensi energi terbarukan, khususnya energi matahari. Namun untuk masuk ke skala keekonomian energi terbarukan, masih membutuhkan waktu. Sehingga nanti ketika energi terbarukan bisa memenuhi kebutuhan listrik India, maka pada saat itulah, kebutuhan batu bara dari luar, termasuk Indonesia, akan jauh berkurang.
PKN, lanjut Jeffrey, selama ini mengekspor batu bara ke India hampir 90 persen. Mulai tahun 2016, jumlah batu bara yang dikirim ke India sedikit berkurang. Jumlah ang berkurang tersebut, lebih disebabkan PKN memanfaatkan batu baranya untuk diolah (coal liquifiction) serta alokasi untuk pembangkit di dalam negeri.
“Dalam jangka pendek dan menengah, kita tidak perlu terlalu khawatir dengan kebijakan India soal batu bara tersebut,” pungkas Jeffrey lagi.