Bandung, TAMBANG – Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara (Ditjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), menilai pengelolaan mineral kritis dan strategis melalui hilirisasi harus segera dilakukan lantaran memiliki nilai keekonomian yang signifikan.
“Rencana penetapan mineral kritis serta pengaturan tata kelolanya untuk mendukung pengengembangan industri nasional, serta penetapan mineral strategis untuk meningkatkan tata kelola mineral yang penting di Indonesia, harus segera kita lakukan,” kata Kepala Balai Besar Pengujian Mineral dan Batubara (Tekmira), Julian Ambassadur pada “The 1st Indonesia Minerals Mining Industry Conference-Expo 2022”, Rabu (30/11).
Dijelaskan, untuk mencapai hal tersebut butuh harmonisasi kebijakan industri hulu dan hilir pertambangan lebih dulu. Kata Julian, dalam tata kelola yang baik terdapat jaminan kepastian hukum dan kepastian berusaha.
“Dalam pengaturan tata kelola mineral kritis dan strategis, perlu adanya harmonisasi kebijakan industri hulu dan hilir pertambangan mineral di Indonesia,” imbuh Julian.
Menurut dia, jika kebijakan tersebut sudah disinergikan, maka dipastikan industri pengolahan mineral kritis dan strategis termasuk logam tanah jarang (LTJ), dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana menjadi harapan bersama.
“Pada gilirannyan akan mengembangkan industri pengolahan mineral kritis dan strategis termasuk LTJ dapat tumbuh dan berkembang sebagaimana harapan kita,” tandasnya.
Senada, Koordinator Perencanaan Produksi dan Pemanfaatan Minerba Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Herry Permana menyebut, perbaikan tata kelola mineral kritis dan strategis di dalam negeri mutlak diperlukan. Karena itu dibutuhkan kekompakan antar stakeholder bersangkutan.
“Untuk mengembangkan mineral kritis dan strategis jelas diperlukan suatu kolaborasi antar pemangku kepentingan terkait,” ujar Herry.
“Baik yang bergerak di bidang geologi, pertambangan metalurgi maupun industri mineral serta industri di bidang lainnya sehingga tercipta sinergitas dan kerja sama yang saling menguatkan,” imbuhnya.
Herry yang juga Ketua Panitia “The 1st Indonesia Minerals Mining Industry Conference-Expo 2022”, berharap dengan adanya pertemuan lintas pemangku kepentingan ini, membawa manfaat dan menjawab kebutuhan industri di dalam negeri.
“Semoga kegiatan kali ini membawa manfaat dan menjawab kebutuhan industri di dalam negeri. Sekali lagi, kami mengucapkan terima kasih kepada para narasumber, penanggap, moderator yang sudah berkenan hadir, terima kasih juga kepada seluruh panitia yang telah menyukseskan terselenggaranya acara selama dua hari ini,” pungkasnya.
Sebagai informasi, kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari, Selasa-Rabu (29-30/11) di The Trans Luxury Hotel, Bandung. Adapun rangkaian acaranya yaitu seminar, pameran, peluncuran buku GSKM dan kegiatan kunjungan ke pabrik alat berat produksi Indonesia.
Pada hari pertama diskusi difokuskan pada tata kelola mineral kritis dan strategis untuk mendukung industri nasional. Sesi breakout room ada lima komoditas pilihan yang kita bahas yaitu emas, tembaga, timah, bauksit-alumunium, nikel.
Sementara hari kedua, peserta seminar membahas terkait regulasi kebijakan yang mendukung industri nasional berbasis mineral.