Jakarta,TAMBANG,- Pada acara acara LME Metals Seminar 2024 yang diadakan di London pada 30 September 2024, MIND ID termasuk salah satu perusahaan tambang paling berpengaruh di mata internasional. MIND ID menjadi salah satu pemasok komoditas pertambangan besar dunia, yang menjadi bahan baku kunci berbagai industri di dunia. “MIND ID menjadi sangat disegani karena ide holding tambang, PT Bukit Asam Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, Indonesia Asahan Alumina (INALUM). Setelah digabung, MIND ID juga sukses membeli 51 persen saham Freeport Indonesia (perusahaan tembaga dan emas terbesar) dan PT Vale Indonesia (perusahaan nikel terbesar)”, kata Pengamat Tambang, Ferdy Hasiman.
Ferdy mengatakan, gagasan ini muncul karena pemerintah mewajibkan perusahaan tambang BUMN membeli 51 persen saham Freeport. Namun, saham Freeport itu harganya sangat mahal mencapai US$5 miliar. “Ada wacana kala itu, PT Aneka Tambang Tbk atau INALUM yang bertugas mengambil-alih Freeport. Namun, dana dua perusahaan ini tak cukup membeli Freeport. Asset dua (2) perusahaan ini juga tak cukup untuk dijadikan jaminan untuk meminjam di bank atau menjual obligasi ke investor global. Nah, dalam konteks inilah holding tambang MIND ID dibentuk Menteri Rini. Menteri BUMN kemudian menggabungkan (holding) semua perusahaan tambang BUMN, seperti PTBA, PT Timah, ANTM dan INALUM. Pemimpin holding kalah itu adalah INALUM, karena dianggap paling sehat, bisnisnya menjanjikan dan beban utang minim. Holding tambang BUMN kemudian menjadi sangat besar dari segi aset dan laba. Cash flow Inalum dan anak usaha cukup tangguh untuk melakukan akuisisi saham. Cash flow PT Bukit Asam (PTBA) tahun 2018 misalnya mencapai Rp 4,45 triliun. Sementara PT Timah (TINS) memiliki cash flow sebesar Rp 1,29 triliun tahun 2014. Dengan dana cash yang cukup besar, ruang bagi BUMN tambang untuk melakukan ekspansi dan akuisisi lebih terbuka”.
Dengan begitu, jaminan peminjaman dana ke investor asing dan lokal lebih dipercaya ketika perusahaan membutuhkan dana senilai US$5 miliar untuk membeli saham Freeport Indonesia. Itu terbukti manjur, karena ketika INALUM (sebelum berubah menjadi MIND ID) melakukan road show untuk penjualan global bond, itu disambut investor global dengan antusias. Alhasil, dalam tempo waktu cepat, INALUM mendapat dana segar senilai US$5 miliar untuk membeli saham Freeport. Freeport kemudian berhasil dikuasi holding tambang BUMN sejak tahun 2021. Setelah membeli Freeport, MIND ID sukses mengakusisi 14 persen saham PT Vale Indonesia Tbk seharga Rp 4,28 triliun, karena harga satu lembar saham Vale dipatok pada harga Rp 3.050 per lembar saham. Sebelumnya, MIND ID sudah mengontrol saham Vale sebesar 20 persen. Pembelian saham Vale ini juga mengandalkan utang dengan jaminan aset holding tambang yang besar dan pengembalian pokok dan bunga utang.
Setelah akusisi Freeport dan Vale, holding tambang kemudian berubah nama dari INALUM menjadi MIND ID. INALUM kemudian fokus mengurus bisnis bauksit dan pengembangan smelter alumina ingot dengan kapasitas 500.000 ton per tahun, termasuk terbesar di Asia. Sementara MIND ID fokus menjadi strategic holding yang akan menjadi motor penggerak bagi anggota-anggota holding.
Dengan akusisi Freeport dan Vale Indonesia, Inalum menjadi magnet baru karena masing-masing anggota memiliki core bisnis dan raja di bisnis masing-masing. ANTM menguasai nikel dan bauksit yang menjadi tulang punggung pembangunan ekosistem mobil listrik dan pembangunan industry stainless steel global. ANTM juga sudah mengganggas proyek hilirisasi sejak tahun 1973 dengan pembangunan pabrik smelter feronikel di Kolaka, Sulawesi Tenggara berkapasitas 27.000 matrik ton per tahun. ANTM juga sukses membangun pabrik feronikel di Halmahera Timur dengan kapasitas 13.000 matrik ton per tahun. Sementara, PTBA adalah raja di sektor batubara dengan kapasitas produksi di atas 40 juta ton per tahun dan bersang dengan PT Adaro Energi Tbk atau Kaltim Prima Coal. Selain itu, PT Timah menjadi salah satu produsen timah terbesar kedua di dunia.
Penyelesaian proyek-proyek besar ini menjadikan MIND ID sebagai tulang punggung bagi perekonomian nasional ke depan. MIND ID dapat diandalkan untuk memompa perekonomian nasional dan daerah. Di daerah operasi tambang, seperti Bangka (Timah), Sorowako dan Luw Timur (Vale) ataupun Freeport (Mimika, Papua), kehadiran holding MIND ID menjadi penyumbang terbesar bagi perekonomian daerah. Daerah-daerah yang menjadi lokasi pembangunan smelter, seperti smelter ANTM di Kolaka dan smelter Freeport di Manyar menjadi sangat hidup dan roda ekonomi berputar.
Selain itu, dengan akusisi perusahaan-perusahaan asing raksasa, MIND ID menjadi salah satu perusahaan negara yang dapat diandalkan menyumbang dividen ke kementerian keuangan. Besarnya dividen sangat bergantung pada laba perusaan. Sampai September 2024, MIND ID meraup laba sebesar Rp 27 triliun. MIND ID kemudian menyumbang dividen ke negara sebesar Rp 18,5 triliun atau terbesar kedua setelah Bank BRI. Ini pencapaian luar biasa dan tentu tak pernah dialami sebelum terbentuknya holding tambang. Holding tambang memang terbentuk agar sumber daya alam dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat sebagaimana yang diamanatkan konstitusi UUD’45.
Ke depan, MIND ID tak boleh berpuas diri. MIND ID harus terus melakukan transformasi dan terus menciptakan inovasi di sektor tambang. MIND ID terus membuka diri kepada public dengan cara transparan dan akuntable agar publik paham aksis korporasi apa yang dilakukan perusahaan dan sejauh mana itu menguntungkan negara dan rakyat.
MIND ID juga terus mendorong dan memelopori program hilirisasi pemerintah agar Indonesia segera meninggalkan paradigma pertambangan ekstraktif, menjual bahan tambang dalam bentuk mentah tanpa ada pengolahan dan harga murah. Pembangunan smelter ke semua anggota holding sangat penting agar perusahaan tambang BUMN terus menjadi penopang perkokonomian daerah dan nasional.