Jakarta-TAMBANG. Pelemahan harga batu bara dalam beberapa tahun terakhir berimbas juga pada kinerja usaha jasa termasuk pengangkutan batu bara. Dan itu juga yang dirasakan PT Mitrabahtera Segara Sejati,Tbk. (MBSS).
Di tahun 2015 pendapatan MBSS membukukan pendapatan sebesar US$89,8 juta. Dibanding tahun 2014, pencapaian ini turun 33,6%. Dari total pendapatan tersebut layanan barging menyumbang sebesar US$57,4 juta. Sedangkan bisnis floating crane mengkontribusi US$32,4 juta. Faktor lain yang juga menggerus pendapatan perusahaan diantaranya ada sejumlah transaksi diluar usaha normal senilai US$11,6 juta dimana sebesar US$10,1 juta merupakan transaksi-transaksi non-kas.
Inilah yang membuat anak usaha PT Indika Energy,Tbk ini membukukan rugi bersih sebesar US$10,2 juta. Jika transaksi diluar usaha normal, maka laba bersih tahun berjalan yang diperoleh MBSS menjadi positif sebesar USD1,4 juta.
Dalam paparannya Wakil Direktur Utama Lucas Djunaidi menjelaskan bahwa MBSS bekerja sama dengan klen dalam menemukan solusi bersama dalam rangka perpanjangan kontrak. Disebutkan bahwa pasar layanan logistik yang terkait dengan batubara di 2015.
Disebutkan bahwa penjualan ekspor mengalami penurunan sebesar 23% dari tahun lalu yaitu dari 382 juta ton menjadi 296 juta ton. Ini telah mengakibatkan pendapatan Floating Crane, mengakibatkan penurunan sebesar 21% dari US$41,0 juta pada tahun 2014. Selain itu MBSS pada 2015 memasuki siklus perbaikan kapal tertinggi yang pernah ada karena sebagian besar kapal dibeli dalam kurun waktu tahun 2010–2012 telah memasuki siklus perbaikan kapal 5 tahunan.
Lucas juga MBSS berusaha mencari kapal-kapal pengganti dari pihak ketiga untuk mengganti penurunan ketersediaan armada akibat tingginya siklus perbaikan kapal. Namun demikian tidak mudah untuk mendapatkan kapal pengganti yang sesuai dengan persyaratan-persyaratan MBSS dan klien.
Meskipun harga bahan bakar turun sebesar 33,0% dari USD1,0/liter di tahun 2014, sebagian besar kontrak MBSS mengacu kepada harga bahan bakar tersebut. Sehingga menyebabkan penurunan tarif pengangkutan yang ditagihkan ke pelanggan-pelanggan. Pendapatan segmen barging turun sebesar 39,0% dari US$94.3 juta di 2014, disebabkan oleh lebih rendahnya ketersediaan armada akibat tingginya siklus perbaikan kapal, penyesuaian harga bahan bakar dan tekanan harga yang berkelanjutan berkontribusi pada penurunan pendapatan masing-masing sebesar 18,0%, 4,0% dan 17,0%.
MBSS juga menurut Lucas memanfaatkan armada dengan ukuran yang memadai, memiliki skala ekonomis dan rekam jejak yang kuat, sehingga dapat bersaing secara efektif dalam harga, seraya tetap mempertahankan standar keunggulan dan keamanannya.
“Walau terjadi penurunan pendapatan, MBSS mampu menjaga arus kas dari aktivitas operasinya sebesar lebih dari US$30 juta di 2015, sehingga menghasilkan saldo kas yang kuat sebesar US$41,7 juta di 2015,”kata Lucas.
Sementara Direktur Utama MBSS, Rico Rustanbi memastikan MBSS akan mempertahankan kontrak jangka panjang yang ada melalui layanan bermutu, serta memberikan harga dan struktur kontrak yang menguntungkan kedua pihak. Manajemen juga menurut Rico akan memastikan pendapatan yang memadai terhadap aset dan layanan MBSS.
“Dengan armada yang menjalani siklus docking tertinggi untuk pertama kali. Pada tahun 2015 MBSS menetapkan inisiatif manajemen aset yang meliputi peningkatan kemampuan teknis untuk menangani perbaikan sendiri, manajemen perbaikan kapal untuk memastikan perputaran perbaikan kapal yang optimal,”katanya.
Di tahun 2016 pun menurut Rico belum banyak berubah. “Kami perkirakan setahun ke depan masih bergejolak, dengan kemungkinan harga batubara mengalami penurunan lebih lanjut,”katanya. Menghadapi situasi sulit ini produsen batubara akan melakukan efisiensi dengan menekan biaya. Perusahaan mitra akan melakukan negosiasi kontrak dengan jangka waktu yang lebih singkat, harga yang lebih rendah dan tanpa jaminan volume.
“Ini yang memunculkan jenis-jenis kontrak hybrid yang membutuhkan jaminan ketersediaan kapal untuk penyewaan spot yang berkelanjutan untuk mengantisipasi ketidakpastiaan dari permintaan pembeli,”katanya. Oleh karenanya ia berkeyakinan kinerja tahun 2016 setidaknya akan sama dengan tahun 2015.
Rico juga menjelaskan bahwa MBSS akan mempertahankan portofolio klien yang kokoh mulai dari kontrak jangka panjang yang meliputi PT Kaltim Prima Coal, PT Adaro Energy Tbk, PT Kideco Jaya Agung, PT Berau Coal Energy Tbk, PT Bahari Cakrawala Sebuku dan klien-klien baru yaitu PT Arutmin Indonesia, PT Bahtera Adiguna, PT Baramulti Sugih Sentosa dengan standar pelayanan yang unggul.