Bandung, TAMBANG – Pemerintah serius menyiapkan peta jalan pembangunan ekosistem industri baterai kendaraan listrik di Indonesia. Menurut Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, pihaknya tidak hanya ingin mengembangkan industri komponen berbasis nikel dan kobalt saja, yang bahan mentahnya ada di Indonesia, melainkan juga mengembangkan industri komponen lainnya hingga jadi produk akhir.
“Saya kira kita harus singkronkan hulu ke hilirnya. Ekosistem yang akan kita bangun tidak hanya memproduksi berdasarkan komponen nikel dan kobalt, tetapi juga litium dan anodanya. Bukan hanya project by project,” ungkap Seto dalam acara The 1st Indonesia Minerals Mining Industry Conference-Expo 2022, dikutip pada Rabu (30/11).
Misalnya soal produk mixed hydroxide precipitate (MHP), sambung Seto, akan diolah menjadi prekursor kemudian menjadi katoda. Selanjutnya, perlu tambahan litium untuk menjadi baterai.
Untuk memenuhi itu, Indonesia akan membangun pabrik lithium hydroxite di Morowali, Sulawesi Tengah. Proses konstruksinya akan dimulai pada Januari tahun depan.
“Katoda membutuhkan lithium hydroxite, kita akan bangun lithium refinery di Morowali dengan kapasitas kira-kira 60 ribu ton,” jelas Seto.
Selain litium, proses pembuatan baterai juga membutuhkan material anoda. Menurut Seto, pabrik material anoda juga sedang dibangun di Morowali dengan kapasitas 80 ribu ton.
“Targetnya januari (2023) akan kita lakukan ground breaking untuk material anoda,” tegasnya.
Pada sisi industri antara, Indonesia masih kekurangan bahan kimia lainnya, seperti sodium carbonate, hydrochloric acid, extraction agent. Namun demikian, kata Seto, bahan kimia tersebut tidak sulit dicari, bisa beli dari impor.
Sementara pada sisi industri hulu, Indonesia masih butuh separator, electrolyte, copper foil, dan alumunium foil. Khusus electrolyte, pemerintah tengah melobi produsen global untuk membangun pabrik di Indonesia.
“Untuk electrolyte kita berkomunikasi di ajang G20 Bali yang sudah menyuplai electrolyte di dunia, mereka akan membangun pabrik di Indonesia,” pungkas Seto.