Jakarta, TAMBANG – Percepatan transisi energi, dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT) terus bergulir. Mengenai hal ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral optimis jika potensi EBT yang tengah dikembangkan di dalam negeri bisa menyaingi EBT negara lain.
Hal ini disampaikan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSD) Kementerian ESDM, Prahoro Yulijanto Nurtjahyo saat memberi kuliah umum program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya).
“Jika berbicara mengenai renewable energy, SDM kita masih bisa bersaing dengan orang luar negeri dikarenakan kita sama-sama start dari awal. Berbeda dengan oil and gas, SDM kita cukup ketinggalan dibanding negara maju,” kata Prahoro, seperti dikutip keterangan resmi, Senin (18/10).
Meski begitu, Prahoro mengatakan bahwa untuk bisa bersaing dengan negara-negara asing terkait energi hijau tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten dan handal. Sebab itu, dirinya berpesan kepada para peserta Gerilya untuk selalu meningkatkan skil dan kemampuan di bidang ini mengingat persaingan SDM semakin gencar.
“Saat ini kita dihadapi dengan era kompetisi, di mana perusahaan dan orang-orang yang dulunya menguasai oil and gas, sekarang berevolusi ke sektor energi terbarukan yang menambah ketat persaingan dalam pekerjaan,” ungkap Prahoro.
Di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) misalnya, Prahoro mengingatkan agar peserta Gerilya bisa mengulik dan berinovasi aspek apa saja yang sekiranya bisa dikembangkan sesuai dengan skill masing-masing. Hal ini agar potensi EBT dalam negeri semakin maju dan terdepan.
“Berbicara tentang PLTS, bukan hanya mengenai power plant saja. Tapi, kita harus mengetahui klaster-klaster apa saja yang ada dalam aspek tersebut, seperti adik-adik jurusan Teknik Industri misalnya mungkin akan cocok ke equipment suppliers“, paparnya.
“Masih banyak klaster lainya yang dapat mendukung keberlangsungan PLTS seperti service provider, solar energy production, power plant transmission/distribution, dan local customer. Pemilihannya dikembalikan lagi pada keahlian dan kompetensi individu masing-masing,” imbuhnya.
Kepada peserta Gerilya, Prahoro juga mengingatkan akan pentingnya keunikan dan sertifikasi dalam persaingan di dunia pekerjaan, “Keunikan sangat diperlukan saat ini untuk membedakan calon pekerja yang satu dengan yang lainnya dan juga jika kalian kuliah hanya untuk mendapatkan ijazah, maka harus dipikirkan lagi,” katanya.
Sedikit informasi, Gerilya merupakan program Kementerian ESDM yang bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk para mahasiswa dalam mengembangkan kompetensi di bidang EBT khususnya PLTS Atap. Program ini dikuti sebanyak 52 peserta yang sebelumnya telah melewati proses seleksi dari 634 peserta di seluruh Indonesia.
Melalui program ini, diharapkan lahir sumber daya manusia yang mumpuni untuk mendorong akselerasi pengembangan EBT di Indonesia terutama di bidang listrik bertenaga surya.