Jakarta – TAMBANG. Di awal masa jabatannya, pemerintahan Jokowi sudah mengeluarkan kebijakan untuk memotong subsidi BBM dengan menaikkan harga. Rencana selanjutnya, besaran subsidi akan dipatok untuk setiap liter BBM. Dengan demikian realisasi anggaran subsidi tak akan terpengaruh pergerakan harga minyak dunia.
“Reformasi subsidi BBM masih akan terus berlanjut. Pemerintah saat ini sedang terus melakukan pengkajian dan persiapan untuk menerapkan skema fixed subsidy, yaitu dipatok per liter BBM,” ujar Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, Rabu (3/12).
Hal tersebut dikemukakan Bambang kepada ratusan investor yang hadir dalam forum Investor Gathering yang digelar di Kementerian Keuangan, Jakarta. Menurutnya, skema demikian akan sangat membantu pengendalian anggaran.
Selama ini, anggaran subsidi BBM yang dikeluarkan pemerintah sering jebol atau melebihi target. Dengan sistem penetapan harga jual BBM, maka pemerintah harus menanggung selisih antara harga jual dengan harga keekonomian yang tergantung pada fluktuasi harga minyak dunia. Besaran subsidi itu pun dipengaruhi pula oleh fluktuasi nilai tukar mata uang, karena minyak mentah dihargai dengan dollar sementara harga jual BBM ditentukan dalam rupiah.
“Total belanja subsidi nantinya akan bergantung pada volume konsumsi. Tidak dipengaruhi oleh perubahan atau volatilias faktor eksternal, seperti nilai tukar dan harga minyak,” jelasnya.
Meskipun demikian, ia tidak mengungkapkan jadual penerapan skema baru untuk subsidi BBM ini. Ia hanya menyebut bahwa saat ini skema tersebut masih dalam tahap pengkajian. Setelah itupun masih harus melalui proses pembahasan dengan DPR-RI, sehingga mungkin tidak dapat segera diterapkan tahun depan.