Jakarta, TAMBANG – Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM, Rida Mulyana menegaskan, pemerintah akan memberikan diskon bagi pengusaha tambang.
Diskon ini ditujukan bagi pengusaha yang menggunakan bahan bakar campuran minyak sawit atau Biodiesel, dalam mengoperasikan alat-alat berat pertambangan.
Tak tanggung-tanggung, dana yang disiapkan lebih dari Rp10 triliun. Dana ini diperoleh dari iuran eksportir kelapa sawit yang dikumpulkan di Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS).
“Harga beda sekarang mungkin Rp2000-an antara B nol dengan B100. Kalau misalkan dikalikan 3,5 juta kiloliter cuma Rp7 triliun, itu kecil karena BPDP kekuatannya lebih dari Rp10 triliun,” kata Rida di kantornya, Kamis (19/4).
Maksud Rida, selisih harga solar murni dengan solar dicampur sawit atau antara B nol dengan B100 berkisar di angka Rp2000 per kiloliter. Sebelumnya, selisih tersebut dibebankan kepada pengusaha. Tapi saat ini, beban selisih itu sepenuhnya akan ditanggung BPDP.
Berdasarkan laporan 2017, penyerapan campuran minyak sawit yang non subsidi dalam negeri mencapai 2,8 juta kiloliter. Tahun ini, capaian itu ditingkatkan hingga 3,5 juta kiloliter. Jadi, apabila selisih harga berada di angka Rp2000, maka total diskon yang harus dikeluarkan mencapai Rp7 triliun.
Terkait realisasi, umumnya alat berat pertambangan menggunakan bahan bakar B10 alias agregat campuran minyak sawitnya 10 persen. Tapi ada juga sebagian yang menggunakan B15.
Lebih jauh, Rida mendorong agar pengusaha bersedia melampaui B15, yakni meningkatkan agregat ke B20 atau bahkan ke B25. Rida meyakinkan, jangan risau soal selisih harga, nanti diganti oleh BPDP.
“Bedanya (selisihnya) itu di-back up BPDP. (Misalnya) campurannya B15, bapak kayak bayar B nol. Pak Menperin Airlangga (Hartato) sudah oke sepanjang diberikan insentif (diskon). Kalau tidak diberi insentif pada saatnya harga campuran akan naik, ujung-ujungnya produk industri tidak kompetitif,” tegas Rida.
Sebagai informasi, program ini merupakan kelanjutan mandatori biodiesel. Sebelumnya, setiap penyalur BBM subsidi diwajibkan mencampur solar dengan minyak sawit hingga 20 persen atau B20.
Lantas bagaimana respon dari pelaku usaha melihat diskon ini ?
Anggota Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo), Bambang Cahyono mengungkapkan, diskon ini sangat ditunggu agar segera diberlakukan. Sebab selama ini pihaknya menanggung beban hingga miliaran rupiah dari selisih harga campuran minyak sawit.
“Angka (kebutuhan) per bulan sekitar 30 ribu kiloliter dikalikan subsidinya sekitar Rp500 untuk B15. (Totalnya) Rp15 miliar sebulan, tinggal kalikan saja (seterusnya),” kata Bambang.
Selain soal harga, keluhan pengusaha juga soal sifat Biodiesel yang tak bisa digunakan di sembarang wilayah. Pasalnya, di cuaca ekstrem, penggunaan Biodiesel akan menyebabkan kendaraan bermasalah.
Dalam konteks ini, pemerintah terus melakukan uji coba. Contohnya, beberapa waktu lalu, 15 kendaraan dibawa ke puncak Gunung Dieng, Jawa Tengah. Dihidupkan pukul 05.00 pagi. Hasilnya, sama sekali tidak ada masalah. Sifat-sifat Biodiesel yang tidak tahan dingin itu dipatahkan.
Sebagai catatan, diskon ini akan mulai diberlakukan pada pertengahan tahun 2018. “Ini akan diberlakukan untuk tambang mulai Juli kayaknya. Paling lambat Juli, (tapi) akan saya percepat Juni,” pungkas Rida.