Jakarta,TAMBANG,-Harga timah di pasar komoditi London Metal Exchange (LME) pada dua minggu awal Agustus mencatat harga tertinggi lagi. Harga salah satu komoditi tambang andalan Indonesia ini menembus USD36.000 per ton. Capaian ini disebut sebut telah melewati rekor harga timah yang pernah dibukukan di April 2011 yakni USDUS33.000 per ton. Menguatnya harga tima ini tidak lain karena adanya gangguan pasokan dan pengiriman internasional sehingga stok menipis.
Terkait dengan ini, Roskill menilai bahwa pasar timah memang tengah dalam kondisi defisit. Ini bahkan telah berlangsung sejak kuartal IV tahun 2020. Kondisi ini berlanjut hingga paruh pertama tahun 2021 dimana kembali terjadi gangguan pasokan.
Roskill melihat ada beberapa faktor penyebabnya mulai dari kegagalan beberapa smelter di Butterworth Smelter MSC, , pemeriksaan lingkungan di Cina dan meningkatnya kasus virus corona di negara-negara penghasil bahan baku utama di Indonesia, Malaysia, dan Myanmar. Kesulitan pengiriman timah olahan dari Asia menambah kekhawatiran pasokan.
Ke depan, Roskill menilai fundamental logam timah ke depan masih kuat. Penggunaan utama timah untuk solder akan terikat dengan produksi elektronik dan penjualan semikonduktor. Menariknya data dari asosiasi Industri semikonduktor per Juni 2021, permintan solder di semua produk utama dan setiap pasar regional masih kuat.